Jumat, 27 April 2012

Kemajuan Peradaban dan keilmuan Pada Masa Dinasti Mughal



Kerajaan Mughal di India didirikan oleh Zahirudin Babur dengan beribu kota Delhi. Babur merupakan tokoh pemimpin yang dikenal dengan keberaniannya karena dapat menaklukkan beberapa daerah . Lihat saja ketika kerajaan Mughal berdiri, raja – raja Hindu di seluruh India menyusun angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur. Namun pada kenyataannya pasukan Hindu besar tersebut dapat dikalahkan oleh Babur. Babur meninggal pada usia 48 tahun dan di gantikan oleh putra sulungnya yang bernama Humayun. Humayun memegang kekuasaan selama Sembilan tahun, namun pada masa kekuasaan itu negaranya tidak pernah aman banyak tejadi pemberontakan seperti yang dilakukan oleh Bahadur Syah. Pada pemberontakan ini Humayun kalah dan melarikan diri ke Kandahar lalu ke Persia. Setelah 15 tahun kemudian ia kembali dan akhirnya wafat pada tahun 1556 M. pemerintahan selanjutnya di gantikan oleh anaknya Akbar yang pada waktu itu baru berumur 14 tahun maka pemerintahan pun diserahkan pada Bairam Khan, seorang Syi’i. pada masa inilah kerajaan Mughal mencapai keemasan. Karena setelah Akbar dewasa ia pun berusaha untuk merebut kekuasaan pemerintahan yang dipegang oleh Bairam Khan .Akhirnya Akbar pun dapat menyingkirkan Bairam Khan pada tahun 1561 M. Akbar pun segera menyusun program ekspansi dan juga menerapkan sistem politik sulakhul (toleransi universal). Dengan politik ini semua orang dipandang sama. Kemajuan yang dicapai Akbar dapat dipertahankan oleh tiga Sultan berikutnya yakni Jehangir (1605 – 1628 M), Syah Jehan (1628 – 1658 M), dan Aurangzeb (1658 - 1707). Kemantapan stabilitas politik yang diterapkan oleh Akbar telah membawa kemajuan di bidang lainnya. Seperti bidang ekonomi, kerajaan Mughal dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan perdagangan.[1]
Berikut beberapa kemajuan peradaban dan keilmuan Dinasti Mughal antara lain :
a.      Bidang politik dan administrasi pemerintah
            pada masa pemerintahan Akbar, ia berhasil mencapai keemasan hal ini berkat poitik yang diterapkannya yaitu politik Sulakhul atau toleransi universal. Sehingga masa pemerintahannya cukup berhasil dan wilayah kekuasaannya pun semakin meluas seperti Chundar, Ghond, Chitor, Kashmir, Bengal, Bihar, Gujarat,Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Usaha ini berlangsung hingga mas Aurangzeb. Pada pemerintahan Akbar banyak ditetapkan kebijakan seperti menata sistem pemerintahannya dengan sistem militer termasuk ke seluruh daerah taklukannya. Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang sipah salar (kepala komandan), sub – distrik dipegang oleh Faudjar ( komandan). Selain itu terbentuk landasan institusional dan landasan georafis bagi kekuatan imperiumnya, pemerintahan mughal pada umumnya dijalankan oleh pembesar kalangan elit militer dan politik sperti dari Iran, Turki, Afghan, dan Muslim asli India.[2] Para pejabat elit di organisasi sesuai dengan mansadar yang merupakan sebuah sistem dimana masing – masing pejabat memilki dua kedudukan yaitu posisi hierarki dan sawar yang menyatakan jumlah tentara yang harus dikerahan ke medan perang.[3]
b.      Bidang Ekonomi dan Sosial
      Kemantapan stabilitas politik yang diterapkan oleh Akbar telah membawa kemajuan di bidang lainnya. Seperti bidang ekonomi, kerajaan Mughal dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Namun yang menjadi tumpuan adalah sector pertanian karena disektor ini hubungan antara pemerintah dan petani di atur baik. Dimana terdapat deh yakni unit lahan pertanian kecil yang tergabung dalam pargana (desa). Komunitas petani dipimpin oleh mukkadam. Melalui mukkadam inilah pemerintah berhubungan dengan petani. Setiap petani bertanggung jawab untuk menyerahkan hasilnya sehingga mereka dilindungi dari kejahatan. Adapun hasil pertaniannya yaitu berupa biji – bijian, kacang, tebu, sayuran, rempah – rempah, tembakau, kapas dan bahan – bahan celupan. Selain untuk kebutuhan dalam negri hasilnya di ekspor ke Eropa, Arabia, dan Asia Tenggara. Bersama dengan hasil kerajinan seperti kain tenun, kain tipis bahan Gordyin yang banyak di produksi di Gujarat dan Bengal. Pada masa syekh Jehan dilakukan pembangunan ekonomi dimulai dari pengembangan irigasi.[4] Sistem perpajakan pun diatur dengan baik yang dikelola sesuai dengan sistem zabt. Industri pertanian dan perdagangan mulai berkembang.
c.       Bidang Seni dan Budaya
       karya seni terbesar yang pada  dicapai pada masa Dinaseti Mughal khususnya
 Pada masa Akbar dibangunnya istana  Fatfur Sikri di Sikri, vila dan masjid –                masjid yang indah. Pada masa Syekh Jehan dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra, masjid Raya Delhi, dan istana indah di Lahore.[5] Seni lukis, gubahan syair dan munculnya sejarawan pada masa Aurangzeb.
d.      Bidang Agama
              Pada masa Akbar berkembang paham Din – i- llahi, ia pun dituduh membuat agama baru. Munculnya perbedaan kasta akan tetapi hal ini menguntungkan perkembangan islam. Sehingga berkembanglah aliran agama islam di India seprti Syi’ah. Pada masa Aurangzeb pun dibuatlah risalah hukum islam.
e.       Kemajuan keilmuan Dinasti Mughal
      Dalam bidang ilmu pengetahuan pada masa Akbar  terdapat tiga bahasa nasional yaitu bahasa Arab sebagai bahasa agama, bahasa Turki sebagai bahasa bangsawan, dan Persia sebagai bahasa istana dan kesusastraan. Di bidang tasawuf juga muncul ahli tasawuf seperti Mubarok. Pada masa Aurangzeb didirikannya pusat pendidikan di Lucknow. Adapun kelompok sufi yang berkembang di India yaitu Qolandaris,Qadiriyah dan Naqsyabandiyah menggantikan tarekat Suhrawardiyah dan Christiyah.


[1] Badri yatim. Sejarah peradaban islam. Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada. Hlm 147 - 149
[2]  Ajid Thohir. Perkembangan Peradaban di kawasan Dunia Islam Mencetak akar –akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam. Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada. 2004. Hlm 205
[3]  Ira M. Lapidus. Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada. 2000. Hlm .696
[4] Badri yatim. Op.cit. Hlm 150
[5] Badri yatim. Ibid. Hlm. 151

Selasa, 17 April 2012

Pergeseran Budaya


A.    Pendahuluan

Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna dalam penciptaanya jika dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia dapat dikatakan sebagai pencipta kedua setelah allah.Sebagai pencipta, oleh Allahmanusia dikaruniai akal budi. Dengan akal budi itulah manusia mampu memikirkan konsep – konsep maupun menyusun prinsip – prinsip umum yang diikhtiarkan dari berbagai pengamatan dan percobaan. Manusia merupakan makhluk social yang kehidupannya tidak lepas dari kemasyarakatan, yang memiliki kebudayaan tersendiri. Hal tersebut berdasarkan bahwa pada hakikatnya manusia memiliki akal budi sehingga mereka mampu menciptakan sesuatu tentunya dengan proses berfikir dan memahami konsep – konsep kehidupan yang ada di sekitarnya. Di lihat dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan bwrasal dari bahasa Sansekerta “ buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal . Pendapat lain mengatakan bahwa “Buddhaya” adalah sebagai suatu perkembangan dari kata mejemuk budi- daya yang berarti daya dari budi, karena itu ada yang membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya di artiksn sebagai daya yang berupa cipta, rasa, dan karsa , dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa dan karsa tersebut.

Adapun model kajian transformasi  budaya secara garis besar  melakukan pengamatan terhdap perubahan dan pergeseran fenomena desain dalam satu rentang waktu tertentu . Sehingga dalam waktu rentang waktu tersebut dapat  dicatat dan diamati faktor – faktor desain yang menjadi ciri utama perubahan serta proses akulturasi dan inkulturasi yang terjadi. Perubahan suatu tatanan menjadi sebuah tatanan baru, bagaimanapun cepatnya tetap terikat oleh kaidah – kaidah alamiah., yaitu harus melalui suatu proses yang berjenjang. Hampir tidak ada satu peradaban pun yang mengalami perubahan seketika.Konsep yang kita perlukan untuk menganalisa proses – proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan, termasuk lapangan penelitian antropologi dan sosiologi yang di sebut dengan dinamika social.



B.Perubahan kebudayaan
            Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu berubah sekalipun masyarakat dan kebudayaan primitif yang terisolasi jauh dari berbagai perhubungan dengan masyarakat dan lain. Terjadinya perubahan disebabkan beberapa hal:
1.      Sebab-sebab yang berasal dari masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya ada perubahan jumlah dan komposisi penduduk
2.      Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakatt yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur perhubugan dengan masyarakat dan kebudayaan lain, cendrung untuk berubah secara lebih cepat.
Perubahan ini, selain karena jumlah penduduk dan komposisinya, juga karena ada difusi kebudayaan penemuan-penemuan baru khususnya teknologi dan inovasi. Perubahan sosial dan perubahan kebudayaan berbeda. Dalam perubahan sosial terjadi perubahan stuktur sosial dan pola-pola hubungan sosial, antara lain sistem status hubungan-hubungan dalam keluarga, sistem politik dan kekuasaab serta penyebaran penduduk.
Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan kebudayaan ialah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh para warga masyarakat yang bersangkutan, antara lain aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan, teknologi, selera, rasa keindahan, dan bahasa. Sedangkan perubahan didalam masyarakat yang maju biasanya terwujud melalui penemuan (discovery) dalam bentuk penciptaan baru (invention) dalam melalui proses difusi.
Discovery merupakan jenis penemuan baru yang mengubah persepsi mengenai hakikat suatu gejala mengenai hubungan dua gejala attau lebih.
Invention adalah suatu pembuatan bentuk baru berupa benda atau pengetahuan yang dilakukan melalui proses penciptaan dan didasarkan atas pengkombinasi pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada mengenai benda atau gejala.
Difusi adalah persebaran unsur - unsur kebudayaan dari satu tempat ketempat lain di muka bumi, yang di bawa o;eh kelompok – kelompok manusia yang berimimgrasi.
Disamping peristiwa perubahan kebudayaan seperti disebutkan tadi masih ada lagi peristiwa – peristiwa perubahan kebudayaan seperti berikut:
            Cultural lag
            Ialah perbedaan antara taraf kemajuan berbagai bagian dalam kebudayaan suatu masyarakat.Artinya ketinggalan kebudayaan, yaitu seang waktu antara saat benda itu di perkenalkan pertama kali dan saaat benda itu diterims secara umum sampai masyarakat dapat menyesuaikan diri terhadap  benda tersebut. Juga lag bisa terjadi apabila irama perubahan dri dua unsur perubahan dari dua unsur perubahan.
            Cultural survival
            Adalah adanya sutu cara tradisional yang tak mengalami perubahan sejak dahulu sampai sekarang.
            Cultural conflict
            Ialah pertentangan kebudayaan ini muncul sebagai akibat relatifnya kebudayaaan. Hal ini terjadi akibat kingllik langsung antar kebudayaan.
            Culture shock
            Ialah guncangan kebudayaan sebagai penyakit jabatan dari orang – orang yang tiba – tiba di pindahkan ke dalam suatu kebudayaan yang berbeda dari kebudayaan sendiri.
            Ada empat tahap yang mmembentuk siklus culture shock :
1.      Tahap Inkubasi, kadang – kadang disebut masa bulan madu, sebagai pengalaman baru yang menarik.
2.      Tahap krisis, ditandai dengan suatu perasaan dendam, pada saat inilah terjadi korban culture shock.
3.      Tahap Kesembuhan, korban mampu melampaui tahap kedua hidup dengan damai.
4.      Tahap penyesuaian diri, sekarang orang tersebut sudah membanggakan sesuatu yang dilihat, yang dirasakannya dalam kodisi yang baru itu, rasa cemas dalam dirinya telah lalu.[1]



C. Pergeseran Budaya
           
 Kajian transformasi budaya merupakan pengamatan perubahan dan pergeseran fenomenadesain dalam suatu ruang waktu tertentu.Secara umum transfornasi budaya di awali oleh adanya unsur keterbukaan, baik yang dipaksakan maupun yang dikarenakan oleh karakter khas kebudayaan tertentu yang mudah menerima kehadiran kebudayaan asing.Pergeseran – pergeseran yang terjadi antara setiap subbudaya kerap berjalan tidak sejalan, ada yang secara rupa, sangat cepat, namun secara teknologis  agak tertinggal, ada pula yang secara keseluruhan fisiktelah bergeser jauh kedepan, tetapi secara mentalitas masih terbelakang.Dalam mengamati fenomena desain, proses transformasi juga dapat diamati pada pergeseran niai esteti. Pergeseran nilai estetik memiliki ketertautan dan keterkaitan secara langsung dengan proses transformasi budaya sebuah bangsa yang dipicu oleh adanya keterbukaan budaya.[2]

Adapun konsep – kosep yang di perlukan untuk menganalisa proses – proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan. Diantara konsep – konsep yang terpenting ada yang mengenai proses belajar kebudayaan sendiri yakni internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi. Selain itu ada proses perkembangan kebudayaan umat manusia atau evolusi kebudayaan dari bentuk – bentuk kebudayaanyang sederhana hingga yang makin lama makin kompleks, yang dilanjutkan dengan proses penyebaran kebudayaan – kebudayaan yang terjadi bersamaan dengan perpindahan bangsa – bangsa di muka bumi yaitu proses difusi. Proses lainnya adalah proses pengenalan unsue – unsur  kebudayaan asing yang di sebut proses akulturasi dan asimilasi. Akhirnya ada proses pembaruan. Atau inovasi yang berkaitan erat dengan penemuan baru.[3]





D.    Budaya Sebagai Media Belajar

Banyak sekali definisi-definisi tentang kebudayaan seperti salah satu yang dikemukakan oleh prof. DR.Koentjaraningrat bahwa kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semunya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Namun dapat diambail inti sarinya bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil cipta, rasa dan karsa manusia untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanyatersusun dalam masyarakat.
  1. Dari hasil-hasil budaya manusia dapat dibagi dua macam :
    1. Kebudayaan jasmaniah atau fisik yang meliputi benda-benda , ciptaan manusia, misalnya alat-alat perlengkapan hidup.
    2. Kebudayaan rohaniah atau non-material yaitu semua hasil ciptaan manusia yang tidak dapat dilihat dan diraba seperti religi, ilmu pengetahuan, bahasa dan seni.
  2. Kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif (biologis) melainkan hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar.
  3. Bahwa kebudayaan itu diperoleh  manusia sebagai anggota masyarakat, tanpa masyarakat akan sukarlah bagi manusia untuk membentuk kebudayaan.
  4. Jadi kebudayaan adalah kebudayaan manusia dan hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaankarena yang tidak perlu dibiasakan dengan cara belajar. Misalnya tindakan atas dasar naruli atau insting dan gerak refleks.[4]

a. proses internalisasi
Proses internalisasi adalah adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu mulai dari lahir sampai akhir hayatnya. Seorang individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi yang kemudian membentuk kepribadiaannya. Manusia memiliki bakat yang telah terkandung dalam gennya, untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosinya, tetapi wujud dan pengaktifannya sangat dipengaruhi berbagai stimulasi yang terdapat dalam lingkungan sosialnya, budayanya, dan alam sekitarnya.
Perasaan pertama yang di aktipkandalam kepribadian saaat bayi dilahirkan adalah rasa  puas dan atak puas, yang menyebabkan ia menangis. Lingkinhan yang berbeda dengan ketika ia masih berada dalam kandungan ibunya menyebabkan ketidakpuasan yang pertama kali di rasakannya. Baru setelah ia di bungkus selimmut dan di beri kesempatan mennyusu, perasaan itu dapat dipuaskan. Selanjutnya setiap kali berbagai pengaruh lingkimgan menyebabkan ia merasa tidak puas, ia akan menangis, tetapi setiap kali dilakukan upaya untuk membuatnya merasa nyaman, ia akan mendapatkan rasa puas itu. Dengan demikian tanpa perlu mengalaminya setiap kal, seorang bayi mulai belajar mengetahui cara untuk mendatangkan rasa pua, yaitu dengan jalan menangis.
Makin lama makin bertambahlah pengalamannya mengenai berbagai perasaaan baru, serperti kegembiraan, kebahagiaan, simpati, cinta. Benci. Rasa, aman, harga diri , kebenaran, perasaan bersalah, dosa malu, tetapi juga berbagai macam hasrat ( misalnya hasrat untuk mempertahankan hidup, hasrat untuk bergaul, meniru, tahu, berbakti, hasrat akan hal – hal yang indah, dan sebagainya, yang dipelajari melalui proses internallisasi sehingga menjadi bagian dsn membentuk kepribadiaanya.[5]
b. proses sosialisasi
Proses sosialisasi misalnya sejak ia dilahirkan seorang bayi dalam suatu keluarga golongan pegawai tinggi di suau kota di Indonesia, telah dihadapkan pada beberapa individu sekitarnya, yaitu ibunya, bidan yang membantu persalinan , ibu dari ibunya, dan ayahnya. Kontak dengan individu tersebut merupakan pengalaman bagi seorang bayi yang di dasarkan pada perhatian dan cinta kasih.Pada usia itu seorang anak juga mulai mengalami proses sosialisasi yang lebih luas, sehingga ia mulai mengetahui arti dari umur dalam berbagai peranan sosial. Sewaktu seorang anak masuk sekolah ia mulai mengetahui adanya perbedaan antara wanita dan pria, dan ketika memasuki usia remaja, dan mengendalikan gejolak birahinya, ia harus belajar menyesuaikan diri dengan segala sesuatu aturan yang ada dalam kebudayaannya serta adapt istiadat dalam masyarakatnya. Dengan meneliti semua aturan itu dan menganalisa pengaruh nya pada para individu, kita dapat mengikuti secara teliti semua situasi sekitar individu – individu lain dalam lingkungan sosialnya, serta unsure – unsure kebudayaan yang lazim mempengaruhi diri orang Indonesia dari golongan pegawai yang tinggal di kota. Proses sosialisasi dalam golongan – golongan sosial yang lain mungkin saja berbeda sama sekali.
Tentu saja dalam suatu masyarakat ada individu – individu yang mengalami berbagai hambatan dalam proses internalisasi, sosialisasi, dan inkulturasinya, sehingga individu seperti itu mengalami kesukaran dalam menyesuaikan kepribadiannya dengan lingkungan sekitarnya. Individu demikian cenderung untuk senantisa menghindari norma – norma  dan aturan – aturan masyarakatnya, dan hidupnya selalu di earnai konflik dengan orang lain. Individu – individu semacam itu di sebut deviants. Sebelim faktof deviants ini menarik perhatian para ahli antropologi dalam melakukan penelitian mereka hanya memperhatikan hal – hal yang umum dari suatu kebudayaan yaitu hal – hal yang lazim dilakukanwarga masyarakat, sementara penyimpangan – penyimpangan dari adapt yang lazim mereka abaikan. Namun sekarang telah disadari bahwa faktor deviants  justru merupakn faktor yang sangat penting, karena merupakan sumber dari berbagai kejadian dalam masyarakat dan kebudayaan yang bersifat positif maupun negative. Peristiwa yang positif, adalah perubahan dan pembaruan dari adapt – istiadat yang telah kuno. Contoh dari peristiwa yang negative adalah berbagai ketreangan yang ada dalam masyarakat yang menjelma sebagai permusuhan antar golongan, berbagai penyakit jiwa, peristiwa bunuh diri, kejahtan, demoralisasi dan sebagainya.[6]

c. proses evolusi sosial
Perubahan suatu  tatanan menjadi sebuah tatanan baru bagaimana pun cepatnya( revolusioner) tetap terikay oleh kaidah – kaidah alamiah, yaitu harus melalui suatu proses yang berjenjang.Hampir tidak ada satu peradaban pun yang mengalami perubahan seketika.Dalam dialektika Hegel dan marx, sebagaimana di kutip kayam transformasi di bayangkan sebagai proses tawar menawar secara berkelanjutan untuk kemidian di bayangkan akan terjadi transformasi akhir, besar dan langgeng.Max Weber berpendapat bahwa transformasi berjalan melalui suatu proses revolusioner yang antar unsurnya saling mempengaruhi dalam bentuk ideal yang di sengaja di ciptakan sebagai suatu model. Sedangakan Rostow menilai proses transformasi juga dapat di andaikan sebagai suatu proses linear hierarkis dengan penekanan pada perubahan bentuk prasarana alat – alat produksi serta pola konsumsi masyarakat. Dengan begitu proses transformasi kemasyarakatan pun dapat dilihat dari perubahan masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern., dari kondisi tradisional ke tahap lepas landas. Gagasan rostow ini kemudian banyak mengilhami penggunaan di Negara – negara berkmbang. Pembabakan linear hierarkis amat popular diterapakan pada konsep pembabakan seperti halnyayang ditawarkan oleh Alvin Toffler.Ia membagi tahap transformasi peradaban umat manusia menjadi tiga yaitu gelombang revolusi pertanian, Gelombang revolusi  Industri, dan Gelombang revolusi Informatika.Teori transformasi secara umum dapat di pahami sebagai  suatu perubahan yang terjadi di masyarakat, ketika serat – serat budaya yang mnangga kebudayaan tengah berlangsung.[7]
Melihat karangan E.Z. Vogt, “on the concept of structure and process in cultural anthropologhy”, dalam  American anthropolohist, LXII, 1960: HLM 18 – 33. Tentang evolusi sosial yaitu proses mikroskopik dan makroskopik dalam evolusi sosial. Proses evolusi dapat dianalisa secara mendetil ( mikroskopik) tetapi juga dapat dilihat dari keseluruhan, dengan hanya memperhatikan perubahan – perubahan besar yang telah terjadi ( makroskopik). Proses – proses sosial budaya yang di analisa secara deti dapat memberi gambaran mengenai berbagai proses perubahan yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari dalam suatu masyarakat. Proses evolusi sosial budaya secara makroskopik yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang , dalam antropologi di sebut “ proses – proses pemberi  arah.
Poses – proses berulang dalam evolusi sosial budaya . Dalam antropologi perhatian terhadap proses–proses berulang dalam evolisi sosial budaya baru timbul sekitar tahun 1920, bersama dengan perhatian terhadap individu dalam masyarakat. Sebelumnya para ahli antropologi umumnya hanya memperhatikan aadat – istiadat yang lazim berlaku dalam suatu masyarakat yang mereka teliti, tanpa memperhatikan sikap, perasaan serta tingkah laku para individu yang bertentangan dengan adat istiadat dengan demikian, penulisan mengenai adat istiadat perkawinan orang Bali misalnya, hanya terdiri dari keterangan mengenai berbagai adat yang lazim dilakukakn pada perkawinan orang Bali. Upacara, aktivitas, serta tindakan yang menyimpang yang terjadi karena berbagai situasi dan keadaan khusus, yang dapat berulang berkali-kali umumnya diabaikan atau kurang diperhatikan, penyimpangan seperti itu tentu tidak dibiarkan berlangsung begitu saja dan karena itulah dalam setiap masyarakat terdapat alat-alat pengendali, yang tugasnya adalah mengurangi penyimpangan tadi. Dalam suatu masyarakatt selalu terjadi ketegangan antara kebutuhan individu dalam masyarakat, walupun ada kalanya dalam suatu jangka waktu tertentu tidak terjadi gejolak-gejolak yang disebabkan oleh tingkahlaku beberapa individu pembangkang. Apabila penyimpangan-penyimpangan sering terjadi, akhirnya adat yang bersangkutan tidak dapat dipertahankan, dan diubah sesuai dengan kebutuhan yang baru[8]
Proses mengarah dalam Evolusi kebudayaan. Apabila evolusi masyarakat dan kebudayaan dipandang suatu jarak yang jauh dengan suatu interval yang panjang maka tampak terjadinya perubahan-perubahan besar yang seakan-akan menentukan arah dari sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan[9]
E.     Budaya sebagai rencana dan pencapaian tujuan
Dipandang dari sudut antropologi manusia dapat di tinjau jauh dari dua segi yaitu manusia sebagai mahkluk biologi dan manusia sebagai makhluk sosio budaya.
Sebagai makhluk biologi manusia dipelajari dalam ilmu biologi atau anatomi, dan sebagai makhluk sosio budaya manusia dipelji dalam antropologi budaya. antropologi budaya menyelidiki selurih cara hidup manusia, bagaimana manusia dengan akal budinya dan struktur fisiknya dalam mengubah lingkungan berdasarkan pengalamannya.juga memahami dan melukiskan kebudayaan yang terdapat dlam masyarakat manusia. Akhirnya terdapat konsepsi tentsng kebudayaan manusia yang menganalisa masalah – masalah hidup sosial kebudayaan manusia.Konsepsi tersebut ternyata memberi gambaran pada kita bahwasanya hanya manusialah yang mampu berkebudayaan.  [10]
Maka dengan berfikirlah manusia akhirnya dapat menciptakan segala sessuatu. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya akhirnya manusia merencanakan sesuatu sebagai ajang pencapaian tujun hidup. Tentunya itu semua demi kelangsungan hidupnya.Misalnya dengan berkarya seperti menciptakan alat – alat tenun berarti seseorang tersebut mampu memberikan pengaruh yang postif kpas sekitanya yakni bisa saja orang tersebut membuka lapangan kerja untuk yang lain. Sehingga di tempat tersebut rata – rata sebagai pencipta alat tenun atau sebagai penenun.Adapun dengan berbudaya jugalah akhirnya manusia bisa mencapai tujuannya,yakni misalnya dengan berkarya alat – alat tenun atau menenun tadilah dia menjadi sukses dan memajukan daerah di sekitarnya.
            Filsuf Hegel dalam abad ke-19 membahas budaya sebagai keterasingan manusia dengan dirinya sendiri.Dalam berbudaya manusia tak menerima begitu saja apa yng di sediakan oleh alam tetapi mengubahya dan mengembangkannya lebih lanjut. Dengan berbuat demikian itu terjadi jurang antara manusia dengan dirinya yang dialami. Itulah yang di maksud dengan keterlepasan atau keterasingan dan sebagai akibatnya terjadilah aneka ketegangan yang terus – menerus mendorong kemajuan budaya itu.
            Van peurseun berusaha menjalaskan hal yang nampaknya serba bertentangan itu demikian,  manusi dengan mengembangkan alam ia memasukin dirinya kedalam dirinya sendiri.Dan ini hanyalah dimungkinkan apabila ia sudah sadar bahwa dirinya berada di luar alam.
Justru karena manusia itu tidak secara otomatis meyatukan diri dengan alam tetapi melalui sebagai sarana makalalu ia berbudaya. Dengan demikian manusia menjadi mampu untuk membuat ketegangan dengan alam dan dari ketegangan itu meletupkan api budaya.Dalam pengalaman sejarah umaat manusia di kenal pula gejala – gejala kelelahan budaya. Manusia mendampakan kehidupan bangsa primitif yang dengan penuh ritus, adat, hiasan dan mag yang serba menarik. Oranhg jemu dengan budaya, akan tetapi taak begitu rumit dan melelahkan manusia. Kdang – kadang orang mengira bahwa semakin maju budayanya semakin banyak dosa yang di buat, dan sebaliknya budaya itu semakin primitif, semakin suci. Juga dalam dunia modern sekarang bermunculan kecenderungan manusia ( misalnya kaum hippies dan kaum urakan ala Rendra) untuk melaarikan diri dari budaya dan kembalikepada alam. Sehubungan itu klages (1930) menulis. Budya merupakan bahaya bagi manusia sendiri.Budaya yang di maksud umpan teknik , peradaban, oabrik berasap, udara yang penuh debu, kota yang kotor, hutan yang makin gundul. Kediktatoran  akal dan budi yang tamak.[11]                                                  
  
F.Kesimpulan

            Manusia merupakan makhluk sosial yang berbudaya yang tak dapat hidup sendiri. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya karena msnusia di bekali akal pikiran. Dengan berpikir itulah manusia dapat berkarya dan menciptaksn sesuatu Kebudayaan menurut E.B. Taylor  adalah kompilasi dalam keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keagamaan, hukum, adat istiadat serta lain –lain kenyataan dan kebiasaan – kebiasaaan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan kebudayaan ialah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh para warga masyarakat yang bersangkutan, antara lain aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan, teknologi, selera, rasa keindahan, dan bahasa. Sedangkan perubahan didalam masyarakat yang maju biasanya terwujud melalui penemuan (discovery) dalam bentuk penciptaan baru (invention) dalam melalui proses difusi, dan proses – proses lainnya seperti proses internalisasi, sosialisasi dan evolusi yang ke3semuanya itu merupakan budaya sebagai media beajar.. Sebagai makhluk biologi manusia dipelajari dalam ilmu biologi atau anatomi, dan sebagai makhluk sosio budaya manusia dipelji dalam antropologi budaya. antropologi budaya menyelidiki selurih cara hidup manusia, bagaimana manusia dengan akal budinya dan struktur fisiknya dalam mengubah lingkungan berdasarkan pengalamannya.juga memahami dan melukiskan kebudayaan yang terdapat dlam masyarakat manusia
Maka dengan berfikirlah manusia akhirnya dapat menciptakan segala sessuatu. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya akhirnya manusia merencanakan sesuatu sebagai ajang pencapaian tujun hidup. Tentunya itu semua demi kelangsungan hidupnya.Misalnya dengan berkarya seperti menciptakan alat – alat tenun berarti seseorang tersebut mampu memberikan pengaruh yang postif kpas sekitanya yakni bisa saja orang tersebut membuka lapangan kerja untuk yang lain. Sehingga di tempat tersebut rata – rata sebagai pencipta alat tenun atau sebagai penenun.Adapun dengan berbudaya jugalah akhirnya manusia bisa mencapai tujuannya,yakni misalnya dengan berkarya alat – alat tenun atau menenun tadilah dia menjadi sukses dan memajukan daerah di sekitarnya.


[1]. Rohiman Notowidagdo, Ilmu budaya dasar berdasarkan Al – Qur’an dan hadist, (Jakarta: PT  Raja Grafindo persada),  hlm. 41 – 44

[2] Agus, sochari, Pengantar metodologi penelitian budaya rupa ( desain, seni rupa, arsitektur, dan karya) (Jakarta ; Erlangga, 2005), hlm 83
[3] Koentjaraningrat, Pengantar antropologi, (Jakarta : Rineka cipta, 1996), hlm. 142
[4] Rohiman Notowidagdo, Op.cit .hlm. 24-26
[5] Koentjaranungrat op cit. hlm 143
[6] Ibid. hlm 144 - 146
[7] Agus, Sohari, Op.cit, hlm.85
[8] Koentjaranigrat, Op-Cit, hlm 147-148
[9] Ibid, hlm 149
[10] Abu ahmadi, Ilmu sosial dasar, (jakarta : Rineka cipta 2003), hlm 52
[11]  Djoko, Widagdho, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hlm 34

Sejarah dan Pola Arsitektur Bangunan KA Serang


BAB  1 Pendahuluan

a.      Latar belakang masalah
Stasiun kereta api serang merupakan bangunan yang terletak di Cimuncang, kelurahan Serang, Kota Serang  Ibu kota Provinsi Banten. Stasiun ini terletak pada ketinggian kurang lebih 25,66 meter dan merupakan stasiun kereta api terbesar di kota Serang hal ini tentunya bila dibandingkan dengan stasiun kereta api lainnya yaitu stasiun kereta api Karangantu dan di daerah dekat Pacinan. Stasiun kereta api serang ini mulai di buka pada tanggal 20 desember 1900 sampai sekarang tentunya dengan arsitektur bangunan yang masih asli selain lantai dan cat dinding.
Pemerintah provinsi Banten sendiri  telah menjadikan bangunan Stasiun ini sebagai Benda Cagar Budaya. Oleh karena itulah bangunan Stasiun ini perlu dilestarikan. Dengan dijadikannya sebagai  Benda Cagar  Budaya (BCB) tentunya akan dapat diketahui bagaimana sejarah dan pola arsitektur bangunan itu sendiri. Maka setelah dilakukan penelitian terhadap bangunan stasiun kereta api serang ini tentunya kita juga akan mengetahui  beberapa perbedaan mengenai pola arsitektur bangunan itu sendiri dan yang lebih penting lagi yaitu mengenai sejarahnya. Mengingat bahwa  menjelang abad ke 16 sungai sudah merupakan sarana transportasi utama di Banten. Sarana transportasi ini pun mulai berkembang  sejalan dengan perkembangan kota Banten, yaitu dengan dibuatnya kanal – kanal. Perkembangan ini mencapai puncaknya padaabad ke 18. Dengan di bangunnya jalan raya oleh Daendels yang menghubungkan Kramatwatu – Banten – Serang, sebagai jalan sekunder jalan pos Anyer- Panarukan, fungsi sebagai sarana dan transportasi utama mulai diambil oleh jalan raya. Namun pada awal abad ke -20 fungsi sungai sebagai alat transportasi mulai menurun, sementara jalan raya kurang baik kondisinya. Sehingga masyarakat pun akhirnya lebih memilih jalur kereta api sebagai sarana transportasi. Maka beranjak dari hal tersebutlah penulis melakukan penelitian terhadap Stasiun Kereta api Serang yang merupakan Benda Cagar Budaya.
b.      Fokus masalah
Pada penelitian ini penulis lebih memfokuskan penelitiannya  terhadap dua titik permasalahan yakni  dari sejarah bangunan itu sendiri dan pola arsitekturnya.

c.       Tujuan penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian terhadap Stasiun kereta api Serang ini yaitu untuk
1.      Membekali mahasiswa dengan pengalaman lapangan dalam penelitian arkeologi
2.      Membekali mahasiswa dengan kemampuan profesional di bidang arkeologi, sehingga mampu mensinergikan teori dan  praktek dalam penelitian arkeologi

d.      Studi  Pustaka
Penelitian yang dilakukan di Stasiun Kereta api Serang ini pada umumnya bukan hanya dilakukan oleh penulis (mahasiswa IAIN SMH Banten) melainkan juga dilakukan oleh pihak lain. Karena menurut hasil wawancara dengan bapak Didin wahyudin selaku kepala stasiun kereta api Serang, beliau menyatakan bahwa  banyak juga dari pihak lain yang sering melakukan penelitian di stasiun ini. Namun tidak di jelaskan dari mana saja pihak lain tersebut yang melakukan penelitian. Adapun sumber – sumber  yang dijadikan sebagai referensi  pada penelitian ini yaitu
a.       Dinas kebudayaan dan pariwisata Banten Bangunan kuno di Banten, seri mengenal Banten 3 Dinas kebudayaan dan pariwisata provinsi Banten, Banten 2008
b.      Dinas kebudayaan dan pariwisata provinsi Banten, Dokumentasi  Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten , Banten 2008
c.       Lukman hakim, Banten dalam perjalanan jurnalistik Banten Heritage – Banten – Pandeglang 2006
d.      Dewan redaksi , metode penelitian Arkeologi, pusat penelitian dan pengembangan Arkeologi Nasional  Badan pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Departemen Kebudayan dan Pariwisata, Jakarta  2008.

e.       Metodologi penelitian

Adapun metodologi  yang digunakan pada penyusunan hasil penelitian ini yaitu melalui metode arkeologis dengan pendekatan analisis spesifik yaitu analisis terhadap satuan – satuan benda arkeologis secara individual. Dengan analisis spesifik dimaksudkan mengurangi atau memecah – macah suatu satuan benda arkeologis berdasarkan atributnya. Adapun pengertian atribut yaitu satuan terkecil dari tinggalan arkeologi yang dapat diamati, yang pada umumnya terdiri dari tiga macam yaitu
1.      Atribut bentuk dan ukuran dari temuan benda arkeologi secara keseluruhan atau bagian – bagiannya. Misalnya bentuk denah dan ukuran sebuah piring, bentuk denah dan ukuran bangunan.
2.      Atribut arkeologis seperti cara membentuk wadah dengan teknik roda putar, cara menghias tembikar dengan teknik tatap landas dan teknik mengaitkan batu – batu candi
3.      Atribut gaya seperti warna, tekstur, dan ragam hias[1]
f.       Sistematika Penulisan
BAB 1 Pendahuluan
a.       Latarbelakang masalah
b.      Fokus masalah
c.       Tujuan penelitian
d.      Studi pustaka
e.       Metodologi penelitian
f.       Sistematika penulisan
BAB II Pembahasan
a.       Sejarah berdirinya Stasuin Kereta api Serang
b.      Pola arsitektur bangunan Stasiun Kereta api Serang
  BAB III Analisis
  Bab IV Penutup
a.       Kesimpulan
b.      Saran
  Daftar pustaka
 Lampiran

BAB II  Pembahasan
           
a.      Sejarah berdirinya stasiun kereta api Serang
Menjelang abad ke – 16 sungai sudah merupakan sarana transportasi utama di Banten. Pada waktu itu sungai merupakan jalur penghubung antara Banten Girang dengan Banten. Sarana transportasi ini kemudian berkembang sejalan dengan perkembangan kota Banten, yaitu dengan di buatnya kanal –kanal. Perkembangan ini pun mencapai puncaknya pada abad ke – 18.
Pembangunan jalan raya pun dilakukan atas perintah Daendels yang menghubungkan antara Kramatwatu -Banten -Serang , yang kemudian dijadikan sebagai jalan sekunder untuk jalan pos Anyer – panarukan. Disini kita bisa melihat bahwa fungsi sungai sebagai sarana transportasi telah diambil alih oleh jalan raya. Namun pada abad berikutnya yakni sekitar awal abad ke -20, transportasi melalui sungai sudah tidak berfungsi  lagi. Kondisi jalan raya pun sudah tidak layak lagi untuk digunakan sehingga akhirnya banyak masyarakat yang lebih memilih atau menyukai jalur kereta api daripada jalan raya  sebagai sarana transportasi. Hal ini pun mengingat sarana transportasi kereta api ini lebih bernilai ekonomis.
Menurut peta serrurier maka pada tanggal 20 desember  tahun 1900 jalur perkeretaan ini pun mulai dibuka (satu jalur), jalur  kereta api ini dapat menghubungkan antara Jakarta dengan Merak, dimulai dari Rangkasbitung, Serang, dan Cilegon. Pemerintah provinsi Banten pun telah menjadikan bangunan stasiun kereta api Serang ini menjadi Benda Cagar Budaya.
Adapun jalur peta kereta api  ini yaitu dari jalan Serang – Anyer kidul sepanjang 27 kilometer.[2] Pembangunan jalur kereta api ini di maksudkan Belanda untuk meningkatkan ekspor hasil bumi dari daerah Banten yang dikenal sebagai gudang rempah – rempah. Seperti pisang, kelapa, pinang, kapuk, sirih, rotan, karet, emping dan merica.Perkembangan perkeretaapian di Bnaten yang semakin maju memungkinkan dibukanya hubungan lintas jawa – Sumatera antara Merak panjang.[3]
Pada umumnya  sarana transportasi  melaui jalan kereta api ini memiliki peranan yang amat penting yaitu selain sebagai alat transportasi tetapi juga menyimpan sejarah yang begitu penting yakni ketika  bangsa Indonesia di duduki oleh Jepang. Semasa pendudukan Jepang sebagai contoh seperti  jalan rel di daerah untuk di pasang di Burma. Tidak hanya rel dan sebagian sarana, tetapi juga sejumlah pegawai kereta api dipindahkan ke Burma, yang kemudian dikenal dengan sebutan Romusya.
Belanda telah menjajahbangsa Indonesia selama  350 tahun.pada bulan maret 1942, Jepang pun berhasil menduduki pulau Jawa. Selanjutnya dalam tempo yang relatif singkat. Kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia di ambil oleh Jepang. Meskipun derita rakyat semasa pendudukan Jepang tak kalah dibandingkan ketika dijajah Belanda , namun meskipun demikian banyak hikmah yang dapat di petik oleh jajaran perkeretaan api waktu itu. Selain bangsa Indonesia mendapat kesempatan untuk mengukuti pendidikan manajemen dan latihan militer, khusus di lingkungan perkeretaapian juga mendapat kesempatan untuk  menduduki  jabatan eksekutif pada perusahaan kereta api di Indonesia. Pada tanggal  7 september 1944 akhirnya kaisar Jepang pun mengumumkan janji kemerdekaan bagi  rakyat dan bangsa Indonesia. Akhirnya berkat rahmat Allah SWT serta perjuangan para pahlawan yang tidak mengenal  lelah, maka terwujudlah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.meskipun dunia telah mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia yang diproklamirkan tanggal 17 agustus 1945, namun tentara sekutu Jepang  masih berupaya untuk menduduki Indonesia yang pernah dijajahnya. Pada masa proklamasi inilah kereta api memberikan andil yang cukup besar bagi perjuangan rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan. Mungkin disini kitapun dapat membayangkan bagaimana jadinya kalau waktu itu tidak ada armada kereta api. Perpindahan pemerintahan RI dari Jakarta ke Yogyakarta  pun dalam pendistribusiannya juga menggunakan kereta api. Jalan kereta api juga bias berfungsi multi ketika itu. Sebut saja pada masa agresi militer II, upaya pemutusan hubungan ke Jawa tengah di terowongan ijo, jajaran tentara kereta api menyumbat terowongan tersebut dengan sejumlah rangkaian KA plus lokomotif. Sehingga upaya tentara sekutu untuk menuju pemer intahan yang baru yakni di Yogyakarta pun tidak tercapai. Jawa tengah dapat dikatakan sebagai basis perkeretaapian di Indonesia. Karena disanalah titik awal di bangunnya jaringan jalan Kereta Api (KA),disana tepat pertama kalinya kereta api di operasikan tanggal 17 juni 1868, disana dengan menggunakan kereta api rakyat Indonesia menghadapi tentara sekutu, dan disana pula pelopor upaya perebutan kekuasaan perkeretaapian dilakukan.[4]
b.      Pola arsitektur bangunan Stasiun Kereta Api Serang
Tepatnya bangunan ini terletak di jalan Kitapa no 2 Cimuncang -Serang . bangunan stasiun ini memiliki dua buah ruangan yang pertama  ruangan kontrol perjalanan kereta api dan ruangan kepala stasiun, sedangkan ruangan yang kedua merupakan loket dan administrasi.
Diantara keduanya terdapat ruang tunggu penumpang dimana beberapa bagian bangunan seperti jendela dan pintu masih berupa bentuk lama dengan ukuran besar yang merupakan peninggalan Belanda. Bangunan stasiun kereta api Serang ini menghadap ke arah barat dengan pondasi bangunan ditinggikan sekitar 60 cm dari permukaan tanah. Pada umumnya bangunan ini memanjang seperti bangunan stasiun kereta api lainnya . tepatnya di depan pintu masuk terdapat sebuah canopy yang menjorok ke luar. Adapun komponen bangunan seperti jendela dan daun pintu terbuat dari kayu yang bersusun horizontal. Sedangkan atap bangunannya ditutupi oleh seng dengan di stiap sudutnya terdapat hiasan yang brbentuk pucuk bunga. Bagian dindingnya kebanyakandilengkapi dengan ragam hias pelipit yang banyak terutama di bagian atas jendela dan atap dinding dengan bagian bawah.[5]
Melihat dari keterangan di atas kita dapat mengetahui bagaimana perbedaan bentuk bangunan sekarang dengan bentuk bangunan lama yang merupakan peninggalan masa kolonial Belanda.
Bangunan kolonial merupakan bangunan bercorak arsitektur kolonial yang di manfaatkan untuk kegiatan fungsional di zaman colonial. Adapun ciri – ciri umum bangunan pada masa kolonial yaitu bangunan tinggi, kokoh, dan beratap datar untuk gedung serta atap miring untuk perumahan biasa dan memiliki detail – detail tertentu. Adapun fasilitas yang terdapat pada stasiun kereta api Serang  yaitu pelataran parkir di muka Stasiun, tempat penjualan tiket, dan loket informasi, peron atau ruang tunggu, ruang kepala Stasiun, ruang pengatur perjalanan kereta api (PPKA), ruang Serba guna, pos keamanan, mushola, kantin, pos kesehatan, gudang dan toilet.
BAB III Analisis
Analisis merupakan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan        penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian  yang tepat dan pemahaman yang jelas[6]. Disini penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode arkeologis melalui analisis spesisifik. Dalam analisis spesifik tentunya tidak terlepas dari atribut – atributnya seperti telah dijelaskan pada bab pertama pada bagian metodologi penelitian. Adapun atributnya antara lain :


1.      Atribut bentuk dan ukuran.
 Bangunan stasiun kereta api Serang ini memiliki bentuk seperti bujur sangkar dengan pondasi bangunan yang di tinggikan sekitar 60 cm dari permukaan tanah. adapun komponen- komponen dari bangunan stasiun ini antara lain seperti
a.       pintu berjumlah sepuluh buah dengan bentuk persegi panjang berdaun ganda
b.      jendela khususnya yang terdapat di ruangan kepala stasiun berjumlah tiga buah berbentuk persegi panjang berdaun ganda dengan ukuran 316 cm x  158 cm
c.       ventilasi berbentuk persegi panjang dengan ukuran 67 cm x 125 cm
d.      atap bangunan berbentuk tumpang
e.       tiang bangunan berjumlah tujuh buah berbentuk segi empat
f.       kemuncak bangunan yang digunakan sekarang yaitu berupa keramik karena telah mengalami perenovasian.
g.      Halaman pada bangunan stasiun ini terdapat dua halaman yaitu halaman parkir dan halaman tunggu
Adapun luas  bangunan stasiun kereta api serang ini yaitu 44.373 m2 .
Luas perkantoran di luar stasiun yaitu 480. 50 m2, maka jumlah luas bangunan stasiun dan luas perkantoran di luar stasiun adalah 428. 50 m2. Sedangkan luas parkiran 1.358 m2, luas peron 610 m2 dan gudang TK  adalah 86 m2.
2.       Atribut teknologi
Bahan – bahan yang digunakan dalam pendirian bangunan masa klasik yaitu berupa batu, bata, atau campuran batu dan bata. Pada bangunan masa klasik yang terbuat dari batu dikenal dengan beberapa teknik  penyambungan batu, yaitu teknik pasak, teknik sambung langsung, dan teknik sambungan dengan pasak. Sedangkan bangunan yang terbuat dari bata seperti yang digunakan pada bangunan stasiun kereta api Serang ini yaitu umumnya menggunakan teknik rubbing (gosok).
3.      Atribut gaya
Salah satu tinggalan budaya masa lalu di suatu kota adalah bangunan. Bangunan merupakan salah satu gubahan arsitektur atau karya seni manusia yang mencerminkan gaya pada suatu masanya. Hal itu dipengaruhi oleh keadaan geografis, geologis, iklim, dan budaya. Bangunan stasiun kereta api serang ini pun tentunya merupakan bangunan  kolonial yaitu bangunan yang bercorak  arsitektur kolonial yang di manfaatkan untuk kegiatan fungsional di zaman kolonial yang memiliki ciri – ciri seperti bangunan tinggi, kokoh, dan beratap datar untuk gedung. Gaya bangunan kolonial belanda tampak mewah dan megah. Adapun arsitektur kolonial Belanda pada abad ke – 19 dikenal dengan sebagai gaya Indische Empire Style yang mengadopsi dari gaya arsitektur Prancis, Empire Style, yang disesuaikan dengan lingkungannya pada masa itu yang memiliki karakteristik seperti tembok  tebal dan langit – langit tinggi.[7]
Pada atap bangunan stasiun ini pun terdapat hiasan sudut atap berbentuk pucuk bunga. Bagian dinding kebanyakan dilengkapi dengan ragam hias plipit yang banyak terdapat pada bagian tas jendela, dibawah lisplang dan atap dinding  dengan bagian bawah.[8]






BAB. IV Penutup

a.      Kesimpulan
Bangunan satsiun kereta api serang merupakan bangunan Benda Cagar Budaya yang tentunya memilki nilai sejarah yang penting bagi bangsa indonesia khususnya masyarakat Banten. Menjelang  pada  abad ke – 16 sungai sudah menjadi sarana transportasi dengan di buatnya kanal – kanal. Selain itu juga di bangunnya jalan raya oleh Daendels yang menghubungkan kramatwatu – Banten – Serang, sebagai jalan sekunder jalan pos Anyet – Panarukan, akhirnya funsi sungai sebagai sarana transportasi pun mulai menurun dan kondisi jalan raya pun sudah tidak layak lagi untuk di gunakan. Sehingga akhirnya masyarakat pun lebih menyukai jalur keeta api.  Pembangunan jalur kereta api ini di maksudkan Belanda untuk meningkatkan ekspor hasil bumi dari daerah Banten yang dikenal sebagai gudang rempah – rempah.
Pola arsitektur bangunan Stasiun Kereta Api Serang ini memiliki dua buah ruangan yang pertama  ruangan kontrol perjalanan kereta api dan ruangan kepala stasiun, sedangkan ruangan yang kedua merupakan loket dan administrasi. Adapun fasilitas yang terdapat pada stasiun kereta api Serang  yaitu pelataran parkir di muka Stasiun, tempat penjualan tiket, dan loket informasi, peron atau ruang tunggu, ruang kepala Stasiun, ruang pengatur perjalanan kereta api (PPKA), ruang Serba guna, pos keamanan, mushola, kantin, pos kesehatan, gudang dan toilet. Bangunan stasiun kereta api Serang ini memiliki bentuk seperti bujur sangkar dengan pondasi bangunan yang di tinggikan sekitar 60 cm dari permukaan tanah. Sedangkan luas bangunan stasiun kereta api serang ini yaitu 44.373 m2 .Luas perkantoran di luar stasiun yaitu 480. 50 m2, maka jumlah luas bangunan stasiun dan luas perkantoran di luar stasiun adalah 428. 50 m2. Sedangkan luas parkiran 1.358 m2, luas peron 610 m2 dan gudang TK  adalah 86 m2..
Bangunan Stasiun ini menggunakan bahn – bahan seperti bata dengan teknik gosok. Sedangkan gaya yang di gunakan pada bangunan ini seperti . Pada atap bangunan terdapat hiasan sudut atap berbentuk pucuk bunga. Bagian dinding kebanyakan dilengkapi dengan ragam hias plipit yang banyak terdapat pada bagian tas jendela, dibawah lisplang dan atap dinding  dengan bagian bawah.

b.      Saran
Bangunan stasiun api Serang  merupakan BCB yang tentunya memiliki nilai  sejarah yang penting untuk itu sebagai bangsa yang menghargai sejaranya sudah selayaknya kita menjaga dan melestarikan bangunan tersebut. Melihat kondisi bangunannya tampaknya harus dilkukan perenovasian lagi agar lebih terasa nyaman khususnya bagi para calon penumpang. Selain itu juga perlu di adakan penambahan karyawan. Karena menurut pak Didin selaku kepala stasiun beliau sering melakukan pekerjaan yang merangkap yakni sebagai PPKA juga.



[1]Dewan redaksi. Metodologi penelitian arkeologi  Jakarta :  pusat penelitian dan pengembangan arkeologi nasional badan pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata departemen kebudayaan dan pariwisata, 2008, hal 4 – 5




[2] Dinas kebudayaan dan pariwisata provinsi Banten, Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan kepurbakalaan. Banten : .Dinas kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. 2008 hal 169 - 170
[3] Lukman hakim, Banten dalam perjalanan jurnalistik. Banten – Pandeglang : Banten Heritage. 2006 hal  96
[4] Hasil wawancara dengan Didin Wahyudin (kepala stasiun KA Serang) senin, 06 februari 2012 pukul 16. 00 WIB
[5] Dinas kebudayaan dan pariwisata Banten, Bangunan kuno Banten,seri mengenal Banten 3. Banten : dinas kebudayaan dan pariwisata provinsi Banten.2008 hal 34 - 35
[6] www. Geogle.com. rabu, 15 februari. Pukul 07.30 WIB
[7] www. Wikipedia bahasa. Com. Hari sabtu, 11 februari 2012  jam 09.00 – 10.00 WIB
[8] Dinas kebudayaan dan pariwisata. Op. cit hal 35