A. Pendahuluan
Seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia khususnya Banten
merupakan daerah yang bisa di katakan kaya akan hal – hal yang berbau mitos.
Misalnya seperti dilakukannya acara Tujuh Bulanan dalam acara tersebut ada
bagian – bagian seperti harus membuang uang dengan sisa – sisa makanan di
jalanan. Tujuan dilakukan acara tersebut agar mendapat keselamatan dari Allah
swt. Selain acara tujuh bulanan juga terdapat acara – acara lain seperti
Tahlilan, selametan bayi yang baru lahir dan lain sebagainya.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengungkapkan tradisi – tradisi lain
yakni tradisi panen padi yang ada di
Banten Khususnya di daerah Serang kp. Rego Rinu RT 017/004 Ds. Padasuka, Kec.
Petir. Mengingat bahwa sebagian besar masyarakat di daerah Banten adalah
petani. Pada umumnya para petani memiliki tradisi – tradisi tertentu baik saat
akan menanam padi atau bercocok tanam hingga saat panen tiba. Meskipun mereka
hanya para petani tetapi jika saat panen tiba mereka pun tidak sekonyong –
sekonyong atau dalam istilah jawa sekarep dewek dalam melakukan panen.
Melainkan ada cara – cara tertentu yang harus dilakukan ketika panen tiba. Atau
hal tersebut lebih dikenal dengan istilah tradisi atau kebiasaan. Pada umumnya
tradisi tersebut merupakan peninggalan nenek moyang atau tradisi tersebut
sengaja diwariskan kepada keturunannya.
Pada tradisi ini di ungkapkan adanya kepercayaan para petani terhadap dewi padi atau yang dikenal Dewi Sri yang merupakan dewi pertanian. Ia
dipercaya sebagai dewi yang menguasai ranah dunia bawah tanah juga bulan. Perannya mencakup segala
aspek
Dewi Ibu yakni sebagai pelindung kelahiran dan
kehidupan. Ia juga dapat mengendalikan bahan makanan di bumi terutama Padi yang merupakan
bahan makana pokok masyarakat Indonesia. Sehingga berkahnya terutama
panen padi yang berlimpah dan dimuliakan sejak masa kerajaan kuno di pulau Jawa
seperti
Majapahit dan Pajajaran.
B. Tradisi Panen Padi
Para petani di daerah petir khususnya
kp. Rego Rinu RT 017/004 ini memiliki tradisi atau kebiasaan yang merupakan
warisan dari nenek moyang. Dimana orang –orang terdahulu tentunya memiliki unsur – unsur kepercayaan terhadap
animisme atau dinamisme. Hal tersebut mengingat bahwa sebelum islam datang
kepercayaan orang terdahulu atau nenek moyang adalan animisme dan dinamisme.
Bahkan tanpa disadari pengaruhnya pun masih dapat dirasakan hingga sekarang.
Contoh kecilnya adalah adanya acara Tahlilan yang bila kita amati adanya unsur
– unsur Hindu – Budha yakni animisme yang merupakan kepercayaan terhadap roh
nenek moyang. Dalam tradisi panen padi ini pun tidak berbeda jauh halnya dengan
contoh di atas.
Pada saat panen padi tiba ada acara
– acara tertentu yang harus dilakukan para petani. Adapun acara tersebut
diantaranya adalah :
v memanggil
atau menyuruh orang yang menguasai bacaan – bacaan ketika akan memanen padi.
Adapun orang yang disuruh tersebut biasanya orang tua dulu yang menguasai
bacaan – bacaan tersebut yang didapatkan dari orang – orang tua dulu
sebelumnya.
v Sebaiknya kegiatan tersebut dilakukan di pagi
hari sebelum melakukan panen.
v Membawa
atau menggunakan ani – ani untuk memotong padi
v Pemotongan
padi dilakukan disetiap bagian pojok sawah
v Ketika
melakukan pemotongan padi sebaiknya diambil bagian batang padi yang berhadapan.
Dalam istilah sunda yaitu papanganten
Adapun bacaan sebelum melakukan pemotongan padi yaitu
terdapat tiga bagian : 1. Kalangkang yang berarti bayang – bayang
2. Longlongan
yang bisa diartikan sebagai sifat rakus
yang cenderung diidentikan kepada setan
3. Anak cikal
1. Bacaan Kalangkang
Pada bacaan ini terdapat tiga bait, bait pertama berjumlah empat baris,
bait kedua berjumlah tiga baris, dan bait ketiga berjumlah empat baris. Adapun
bacaannya yaitu
Assalamualaikum
nyi Sri…..
Wa’alaikumsalam
kai Sukma….
Nyi
sri ulah gimir ulah rewas…
Nya
iye amboya sia….
Asyhadu ramang – ramang…
Asyhadu
remeng – remeng…
Sah mayang ing dewata…
Ulah paramiluan cokot rejeung jeung aing…
Ulah paramiluan sahakan reujeung aing…
Aing nyaho ragag kusia…
Teu kadeuleu ku aing nu ragag samata…
2.
Bacaan Longlongan
Nini
butatayan…
Aki butatayan…ras ku ningras…
ngaran sia si marasras…
Sang Ratu Raden Madjnun
ulah huruk singnigawe kabogaan
aing….
Aing nyaho hakan sia…
teu kadeuleu ku aing nu ragag samata….
Situ hiang, rancahiang,
tegal papak… sampalan budak…
eurih kuning tegal
Wareng nyenyerean…
jang sia were sebeh,,
,jang
sia merenah maneh…
jang
sia Ubar – ibur
diluar
puncak pageur…
hakan sia nu ragag
teu kadeuleu ku aing
3.
Bacaan Anak Cikal
Malaikat
sangka masalah
Malaikat sangka marupa
ka masalah..
ka marupa…
heh anak anjaluk sarnang
kalawan pangeran
mbok
sia, bapak sia, aki lana jajaka
malaikat
sangsada rasa ngaran si kaka bahlana salaka
malaikat
sangsada sari ngaran si adi bahlana sakti
kadieukeun rejeki aing ti kalwat si
biang
ulah beujeuh dikeukeupan ku si adi
ku si kaka
aing menta dungdama warisan ka si
adi ka si kaka
ja aing geus dewasa ja iang geus
kawasa…
berkat ti isun Allah jai sun
kahyaning Allah
Setelah ketiga bacaan tersebut
selesai di baca maka barulah memulai untuk memotong padi dengan menggunakan ani
– ani. Adapun bacaan yang di baca yaitu
Puning
ka nyai geura tangi,
Kawula datang nanjeurkeun tarkevaaje
emas
ti katuhu iman ti kenca sahadat
pangbukaan tangkeban iman
Sang belegedeg hideung
didagoan di dinya
Nyai
sri hayu urang balik ka batu wisnu
Nyai
datang ka bantu bentang
Candi
emas ninggang beas
Pamenta sahadat nabi Fatimah
Sri teuteul buah kandeul
Menta teugal Allah tangtung
Tangtung Allah tangtung isun
Berkat sang ing pangeran
C. Tujuan Tradisi
Panen
Adapun tujuan dilakukannya tradisi
panen tersebut pada umumnya adalah agar mendapat kebarokahan dari Allah Swt.
supaya hasil panennya menjadi bagus atau dalam istilah sunda loba nyesa saeutik cukup. Sedangkan
mengenai arti atau makna dari bacaan – bacaan tersebut penulis tidak
mengungkapkannya secara detail dikarenakan keterbatasan.
D. Mithos Dewi Padi/
Sri
Kebanyakan kisah
mengenai Dewi Sri terkait dengan mythos
asal mula terciptanya tanaman padi, bahan pangan utama di
kawasan ini. Berikut ini adalah salah satu kisah mengenai Dewi Sri sebagai dewi
padi berdasarkan
wawacan Sulanjana. Menurut mythos dewi sri berasal dari telur dewa ular yang
kemudian akhirnya jadilah seorang anak perempuan yang cantik lucu, dan menggemaskan. Bayi perempuan itu segera diangkat anak oleh Batara
Guru dan permaisurinya. Nyi Pohaci Sanghyang Sri adalah nama
yang diberikan kepada putri itu. Seiring waktu berlalu, Nyi Pohaci tumbuh
menjadi seorang gadis yang cantik luar biasa. Seorang putri yang baik hati,
lemah lembut, halus tutur kata, luhur budi bahasa, memikat semua insan. Setiap
mata yang memandangnya, dewa maupun manusia, segera jatuh hati pada sang dewi. Bahkan Batara Guru yang mengangkatnya
pun jatuh hati kepada Dewi Sri tersebut. Sehingga di kalangan para dewa
akhirnya ingin memisahkan Batara Dewa dengan Dewi Sri. Akhirnya Dewi Sri pun di
bunuh dengan cara diberi racun pada minuman sang putri. Lenyapnya Dewi Sri
dari kahyangan membuat Batara Guru, Anta, dan segenap Dewa pun berduka. Akan
tetapi sesuatu yang ajaib terjadi, karena kesucian dan kebaikan budi sang dewi,
maka dari dalam kuburannya muncul beraneka tumbuhan yang sangat berguna bagi
umat manusia.
Ø Dari kepalanya muncul pohon kelapa
Ø Dari hidung, bibir, dan telinganya muncul berbagai tanaman rempah – rempah wangi dan sayur mayur
Ø Dari rambutnya tumbuh rerumputan dan berbagai bunga yang cantik dan harum
Ø Dari payudaranya tumbuh buah buahan yang ranum dan manis.
Ø Dari lengan dan tangannya tumbuh pohon jati, cendana, dan berbagai pohon
kayu yang bermanfaat; dari alat kelaminnya muncul pohon aren bersadap nira
manis.
Ø Dari pahanya tumbuh berbagai jenis tanaman bambu
Ø Dari kakinya mucul berbagai tanaman umbi-umbian dan ketela; akhirnya dari
pusaranya muncullah tanaman padi, bahan pangan yang paling berguna bagi manusia.