Selasa, 17 April 2012

Pergeseran Budaya


A.    Pendahuluan

Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna dalam penciptaanya jika dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia dapat dikatakan sebagai pencipta kedua setelah allah.Sebagai pencipta, oleh Allahmanusia dikaruniai akal budi. Dengan akal budi itulah manusia mampu memikirkan konsep – konsep maupun menyusun prinsip – prinsip umum yang diikhtiarkan dari berbagai pengamatan dan percobaan. Manusia merupakan makhluk social yang kehidupannya tidak lepas dari kemasyarakatan, yang memiliki kebudayaan tersendiri. Hal tersebut berdasarkan bahwa pada hakikatnya manusia memiliki akal budi sehingga mereka mampu menciptakan sesuatu tentunya dengan proses berfikir dan memahami konsep – konsep kehidupan yang ada di sekitarnya. Di lihat dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan bwrasal dari bahasa Sansekerta “ buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal . Pendapat lain mengatakan bahwa “Buddhaya” adalah sebagai suatu perkembangan dari kata mejemuk budi- daya yang berarti daya dari budi, karena itu ada yang membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya di artiksn sebagai daya yang berupa cipta, rasa, dan karsa , dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa dan karsa tersebut.

Adapun model kajian transformasi  budaya secara garis besar  melakukan pengamatan terhdap perubahan dan pergeseran fenomena desain dalam satu rentang waktu tertentu . Sehingga dalam waktu rentang waktu tersebut dapat  dicatat dan diamati faktor – faktor desain yang menjadi ciri utama perubahan serta proses akulturasi dan inkulturasi yang terjadi. Perubahan suatu tatanan menjadi sebuah tatanan baru, bagaimanapun cepatnya tetap terikat oleh kaidah – kaidah alamiah., yaitu harus melalui suatu proses yang berjenjang. Hampir tidak ada satu peradaban pun yang mengalami perubahan seketika.Konsep yang kita perlukan untuk menganalisa proses – proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan, termasuk lapangan penelitian antropologi dan sosiologi yang di sebut dengan dinamika social.



B.Perubahan kebudayaan
            Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu berubah sekalipun masyarakat dan kebudayaan primitif yang terisolasi jauh dari berbagai perhubungan dengan masyarakat dan lain. Terjadinya perubahan disebabkan beberapa hal:
1.      Sebab-sebab yang berasal dari masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya ada perubahan jumlah dan komposisi penduduk
2.      Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakatt yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur perhubugan dengan masyarakat dan kebudayaan lain, cendrung untuk berubah secara lebih cepat.
Perubahan ini, selain karena jumlah penduduk dan komposisinya, juga karena ada difusi kebudayaan penemuan-penemuan baru khususnya teknologi dan inovasi. Perubahan sosial dan perubahan kebudayaan berbeda. Dalam perubahan sosial terjadi perubahan stuktur sosial dan pola-pola hubungan sosial, antara lain sistem status hubungan-hubungan dalam keluarga, sistem politik dan kekuasaab serta penyebaran penduduk.
Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan kebudayaan ialah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh para warga masyarakat yang bersangkutan, antara lain aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan, teknologi, selera, rasa keindahan, dan bahasa. Sedangkan perubahan didalam masyarakat yang maju biasanya terwujud melalui penemuan (discovery) dalam bentuk penciptaan baru (invention) dalam melalui proses difusi.
Discovery merupakan jenis penemuan baru yang mengubah persepsi mengenai hakikat suatu gejala mengenai hubungan dua gejala attau lebih.
Invention adalah suatu pembuatan bentuk baru berupa benda atau pengetahuan yang dilakukan melalui proses penciptaan dan didasarkan atas pengkombinasi pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada mengenai benda atau gejala.
Difusi adalah persebaran unsur - unsur kebudayaan dari satu tempat ketempat lain di muka bumi, yang di bawa o;eh kelompok – kelompok manusia yang berimimgrasi.
Disamping peristiwa perubahan kebudayaan seperti disebutkan tadi masih ada lagi peristiwa – peristiwa perubahan kebudayaan seperti berikut:
            Cultural lag
            Ialah perbedaan antara taraf kemajuan berbagai bagian dalam kebudayaan suatu masyarakat.Artinya ketinggalan kebudayaan, yaitu seang waktu antara saat benda itu di perkenalkan pertama kali dan saaat benda itu diterims secara umum sampai masyarakat dapat menyesuaikan diri terhadap  benda tersebut. Juga lag bisa terjadi apabila irama perubahan dri dua unsur perubahan dari dua unsur perubahan.
            Cultural survival
            Adalah adanya sutu cara tradisional yang tak mengalami perubahan sejak dahulu sampai sekarang.
            Cultural conflict
            Ialah pertentangan kebudayaan ini muncul sebagai akibat relatifnya kebudayaaan. Hal ini terjadi akibat kingllik langsung antar kebudayaan.
            Culture shock
            Ialah guncangan kebudayaan sebagai penyakit jabatan dari orang – orang yang tiba – tiba di pindahkan ke dalam suatu kebudayaan yang berbeda dari kebudayaan sendiri.
            Ada empat tahap yang mmembentuk siklus culture shock :
1.      Tahap Inkubasi, kadang – kadang disebut masa bulan madu, sebagai pengalaman baru yang menarik.
2.      Tahap krisis, ditandai dengan suatu perasaan dendam, pada saat inilah terjadi korban culture shock.
3.      Tahap Kesembuhan, korban mampu melampaui tahap kedua hidup dengan damai.
4.      Tahap penyesuaian diri, sekarang orang tersebut sudah membanggakan sesuatu yang dilihat, yang dirasakannya dalam kodisi yang baru itu, rasa cemas dalam dirinya telah lalu.[1]



C. Pergeseran Budaya
           
 Kajian transformasi budaya merupakan pengamatan perubahan dan pergeseran fenomenadesain dalam suatu ruang waktu tertentu.Secara umum transfornasi budaya di awali oleh adanya unsur keterbukaan, baik yang dipaksakan maupun yang dikarenakan oleh karakter khas kebudayaan tertentu yang mudah menerima kehadiran kebudayaan asing.Pergeseran – pergeseran yang terjadi antara setiap subbudaya kerap berjalan tidak sejalan, ada yang secara rupa, sangat cepat, namun secara teknologis  agak tertinggal, ada pula yang secara keseluruhan fisiktelah bergeser jauh kedepan, tetapi secara mentalitas masih terbelakang.Dalam mengamati fenomena desain, proses transformasi juga dapat diamati pada pergeseran niai esteti. Pergeseran nilai estetik memiliki ketertautan dan keterkaitan secara langsung dengan proses transformasi budaya sebuah bangsa yang dipicu oleh adanya keterbukaan budaya.[2]

Adapun konsep – kosep yang di perlukan untuk menganalisa proses – proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan. Diantara konsep – konsep yang terpenting ada yang mengenai proses belajar kebudayaan sendiri yakni internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi. Selain itu ada proses perkembangan kebudayaan umat manusia atau evolusi kebudayaan dari bentuk – bentuk kebudayaanyang sederhana hingga yang makin lama makin kompleks, yang dilanjutkan dengan proses penyebaran kebudayaan – kebudayaan yang terjadi bersamaan dengan perpindahan bangsa – bangsa di muka bumi yaitu proses difusi. Proses lainnya adalah proses pengenalan unsue – unsur  kebudayaan asing yang di sebut proses akulturasi dan asimilasi. Akhirnya ada proses pembaruan. Atau inovasi yang berkaitan erat dengan penemuan baru.[3]





D.    Budaya Sebagai Media Belajar

Banyak sekali definisi-definisi tentang kebudayaan seperti salah satu yang dikemukakan oleh prof. DR.Koentjaraningrat bahwa kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semunya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Namun dapat diambail inti sarinya bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil cipta, rasa dan karsa manusia untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanyatersusun dalam masyarakat.
  1. Dari hasil-hasil budaya manusia dapat dibagi dua macam :
    1. Kebudayaan jasmaniah atau fisik yang meliputi benda-benda , ciptaan manusia, misalnya alat-alat perlengkapan hidup.
    2. Kebudayaan rohaniah atau non-material yaitu semua hasil ciptaan manusia yang tidak dapat dilihat dan diraba seperti religi, ilmu pengetahuan, bahasa dan seni.
  2. Kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif (biologis) melainkan hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar.
  3. Bahwa kebudayaan itu diperoleh  manusia sebagai anggota masyarakat, tanpa masyarakat akan sukarlah bagi manusia untuk membentuk kebudayaan.
  4. Jadi kebudayaan adalah kebudayaan manusia dan hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaankarena yang tidak perlu dibiasakan dengan cara belajar. Misalnya tindakan atas dasar naruli atau insting dan gerak refleks.[4]

a. proses internalisasi
Proses internalisasi adalah adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu mulai dari lahir sampai akhir hayatnya. Seorang individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi yang kemudian membentuk kepribadiaannya. Manusia memiliki bakat yang telah terkandung dalam gennya, untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosinya, tetapi wujud dan pengaktifannya sangat dipengaruhi berbagai stimulasi yang terdapat dalam lingkungan sosialnya, budayanya, dan alam sekitarnya.
Perasaan pertama yang di aktipkandalam kepribadian saaat bayi dilahirkan adalah rasa  puas dan atak puas, yang menyebabkan ia menangis. Lingkinhan yang berbeda dengan ketika ia masih berada dalam kandungan ibunya menyebabkan ketidakpuasan yang pertama kali di rasakannya. Baru setelah ia di bungkus selimmut dan di beri kesempatan mennyusu, perasaan itu dapat dipuaskan. Selanjutnya setiap kali berbagai pengaruh lingkimgan menyebabkan ia merasa tidak puas, ia akan menangis, tetapi setiap kali dilakukan upaya untuk membuatnya merasa nyaman, ia akan mendapatkan rasa puas itu. Dengan demikian tanpa perlu mengalaminya setiap kal, seorang bayi mulai belajar mengetahui cara untuk mendatangkan rasa pua, yaitu dengan jalan menangis.
Makin lama makin bertambahlah pengalamannya mengenai berbagai perasaaan baru, serperti kegembiraan, kebahagiaan, simpati, cinta. Benci. Rasa, aman, harga diri , kebenaran, perasaan bersalah, dosa malu, tetapi juga berbagai macam hasrat ( misalnya hasrat untuk mempertahankan hidup, hasrat untuk bergaul, meniru, tahu, berbakti, hasrat akan hal – hal yang indah, dan sebagainya, yang dipelajari melalui proses internallisasi sehingga menjadi bagian dsn membentuk kepribadiaanya.[5]
b. proses sosialisasi
Proses sosialisasi misalnya sejak ia dilahirkan seorang bayi dalam suatu keluarga golongan pegawai tinggi di suau kota di Indonesia, telah dihadapkan pada beberapa individu sekitarnya, yaitu ibunya, bidan yang membantu persalinan , ibu dari ibunya, dan ayahnya. Kontak dengan individu tersebut merupakan pengalaman bagi seorang bayi yang di dasarkan pada perhatian dan cinta kasih.Pada usia itu seorang anak juga mulai mengalami proses sosialisasi yang lebih luas, sehingga ia mulai mengetahui arti dari umur dalam berbagai peranan sosial. Sewaktu seorang anak masuk sekolah ia mulai mengetahui adanya perbedaan antara wanita dan pria, dan ketika memasuki usia remaja, dan mengendalikan gejolak birahinya, ia harus belajar menyesuaikan diri dengan segala sesuatu aturan yang ada dalam kebudayaannya serta adapt istiadat dalam masyarakatnya. Dengan meneliti semua aturan itu dan menganalisa pengaruh nya pada para individu, kita dapat mengikuti secara teliti semua situasi sekitar individu – individu lain dalam lingkungan sosialnya, serta unsure – unsure kebudayaan yang lazim mempengaruhi diri orang Indonesia dari golongan pegawai yang tinggal di kota. Proses sosialisasi dalam golongan – golongan sosial yang lain mungkin saja berbeda sama sekali.
Tentu saja dalam suatu masyarakat ada individu – individu yang mengalami berbagai hambatan dalam proses internalisasi, sosialisasi, dan inkulturasinya, sehingga individu seperti itu mengalami kesukaran dalam menyesuaikan kepribadiannya dengan lingkungan sekitarnya. Individu demikian cenderung untuk senantisa menghindari norma – norma  dan aturan – aturan masyarakatnya, dan hidupnya selalu di earnai konflik dengan orang lain. Individu – individu semacam itu di sebut deviants. Sebelim faktof deviants ini menarik perhatian para ahli antropologi dalam melakukan penelitian mereka hanya memperhatikan hal – hal yang umum dari suatu kebudayaan yaitu hal – hal yang lazim dilakukanwarga masyarakat, sementara penyimpangan – penyimpangan dari adapt yang lazim mereka abaikan. Namun sekarang telah disadari bahwa faktor deviants  justru merupakn faktor yang sangat penting, karena merupakan sumber dari berbagai kejadian dalam masyarakat dan kebudayaan yang bersifat positif maupun negative. Peristiwa yang positif, adalah perubahan dan pembaruan dari adapt – istiadat yang telah kuno. Contoh dari peristiwa yang negative adalah berbagai ketreangan yang ada dalam masyarakat yang menjelma sebagai permusuhan antar golongan, berbagai penyakit jiwa, peristiwa bunuh diri, kejahtan, demoralisasi dan sebagainya.[6]

c. proses evolusi sosial
Perubahan suatu  tatanan menjadi sebuah tatanan baru bagaimana pun cepatnya( revolusioner) tetap terikay oleh kaidah – kaidah alamiah, yaitu harus melalui suatu proses yang berjenjang.Hampir tidak ada satu peradaban pun yang mengalami perubahan seketika.Dalam dialektika Hegel dan marx, sebagaimana di kutip kayam transformasi di bayangkan sebagai proses tawar menawar secara berkelanjutan untuk kemidian di bayangkan akan terjadi transformasi akhir, besar dan langgeng.Max Weber berpendapat bahwa transformasi berjalan melalui suatu proses revolusioner yang antar unsurnya saling mempengaruhi dalam bentuk ideal yang di sengaja di ciptakan sebagai suatu model. Sedangakan Rostow menilai proses transformasi juga dapat di andaikan sebagai suatu proses linear hierarkis dengan penekanan pada perubahan bentuk prasarana alat – alat produksi serta pola konsumsi masyarakat. Dengan begitu proses transformasi kemasyarakatan pun dapat dilihat dari perubahan masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern., dari kondisi tradisional ke tahap lepas landas. Gagasan rostow ini kemudian banyak mengilhami penggunaan di Negara – negara berkmbang. Pembabakan linear hierarkis amat popular diterapakan pada konsep pembabakan seperti halnyayang ditawarkan oleh Alvin Toffler.Ia membagi tahap transformasi peradaban umat manusia menjadi tiga yaitu gelombang revolusi pertanian, Gelombang revolusi  Industri, dan Gelombang revolusi Informatika.Teori transformasi secara umum dapat di pahami sebagai  suatu perubahan yang terjadi di masyarakat, ketika serat – serat budaya yang mnangga kebudayaan tengah berlangsung.[7]
Melihat karangan E.Z. Vogt, “on the concept of structure and process in cultural anthropologhy”, dalam  American anthropolohist, LXII, 1960: HLM 18 – 33. Tentang evolusi sosial yaitu proses mikroskopik dan makroskopik dalam evolusi sosial. Proses evolusi dapat dianalisa secara mendetil ( mikroskopik) tetapi juga dapat dilihat dari keseluruhan, dengan hanya memperhatikan perubahan – perubahan besar yang telah terjadi ( makroskopik). Proses – proses sosial budaya yang di analisa secara deti dapat memberi gambaran mengenai berbagai proses perubahan yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari dalam suatu masyarakat. Proses evolusi sosial budaya secara makroskopik yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang , dalam antropologi di sebut “ proses – proses pemberi  arah.
Poses – proses berulang dalam evolusi sosial budaya . Dalam antropologi perhatian terhadap proses–proses berulang dalam evolisi sosial budaya baru timbul sekitar tahun 1920, bersama dengan perhatian terhadap individu dalam masyarakat. Sebelumnya para ahli antropologi umumnya hanya memperhatikan aadat – istiadat yang lazim berlaku dalam suatu masyarakat yang mereka teliti, tanpa memperhatikan sikap, perasaan serta tingkah laku para individu yang bertentangan dengan adat istiadat dengan demikian, penulisan mengenai adat istiadat perkawinan orang Bali misalnya, hanya terdiri dari keterangan mengenai berbagai adat yang lazim dilakukakn pada perkawinan orang Bali. Upacara, aktivitas, serta tindakan yang menyimpang yang terjadi karena berbagai situasi dan keadaan khusus, yang dapat berulang berkali-kali umumnya diabaikan atau kurang diperhatikan, penyimpangan seperti itu tentu tidak dibiarkan berlangsung begitu saja dan karena itulah dalam setiap masyarakat terdapat alat-alat pengendali, yang tugasnya adalah mengurangi penyimpangan tadi. Dalam suatu masyarakatt selalu terjadi ketegangan antara kebutuhan individu dalam masyarakat, walupun ada kalanya dalam suatu jangka waktu tertentu tidak terjadi gejolak-gejolak yang disebabkan oleh tingkahlaku beberapa individu pembangkang. Apabila penyimpangan-penyimpangan sering terjadi, akhirnya adat yang bersangkutan tidak dapat dipertahankan, dan diubah sesuai dengan kebutuhan yang baru[8]
Proses mengarah dalam Evolusi kebudayaan. Apabila evolusi masyarakat dan kebudayaan dipandang suatu jarak yang jauh dengan suatu interval yang panjang maka tampak terjadinya perubahan-perubahan besar yang seakan-akan menentukan arah dari sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan[9]
E.     Budaya sebagai rencana dan pencapaian tujuan
Dipandang dari sudut antropologi manusia dapat di tinjau jauh dari dua segi yaitu manusia sebagai mahkluk biologi dan manusia sebagai makhluk sosio budaya.
Sebagai makhluk biologi manusia dipelajari dalam ilmu biologi atau anatomi, dan sebagai makhluk sosio budaya manusia dipelji dalam antropologi budaya. antropologi budaya menyelidiki selurih cara hidup manusia, bagaimana manusia dengan akal budinya dan struktur fisiknya dalam mengubah lingkungan berdasarkan pengalamannya.juga memahami dan melukiskan kebudayaan yang terdapat dlam masyarakat manusia. Akhirnya terdapat konsepsi tentsng kebudayaan manusia yang menganalisa masalah – masalah hidup sosial kebudayaan manusia.Konsepsi tersebut ternyata memberi gambaran pada kita bahwasanya hanya manusialah yang mampu berkebudayaan.  [10]
Maka dengan berfikirlah manusia akhirnya dapat menciptakan segala sessuatu. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya akhirnya manusia merencanakan sesuatu sebagai ajang pencapaian tujun hidup. Tentunya itu semua demi kelangsungan hidupnya.Misalnya dengan berkarya seperti menciptakan alat – alat tenun berarti seseorang tersebut mampu memberikan pengaruh yang postif kpas sekitanya yakni bisa saja orang tersebut membuka lapangan kerja untuk yang lain. Sehingga di tempat tersebut rata – rata sebagai pencipta alat tenun atau sebagai penenun.Adapun dengan berbudaya jugalah akhirnya manusia bisa mencapai tujuannya,yakni misalnya dengan berkarya alat – alat tenun atau menenun tadilah dia menjadi sukses dan memajukan daerah di sekitarnya.
            Filsuf Hegel dalam abad ke-19 membahas budaya sebagai keterasingan manusia dengan dirinya sendiri.Dalam berbudaya manusia tak menerima begitu saja apa yng di sediakan oleh alam tetapi mengubahya dan mengembangkannya lebih lanjut. Dengan berbuat demikian itu terjadi jurang antara manusia dengan dirinya yang dialami. Itulah yang di maksud dengan keterlepasan atau keterasingan dan sebagai akibatnya terjadilah aneka ketegangan yang terus – menerus mendorong kemajuan budaya itu.
            Van peurseun berusaha menjalaskan hal yang nampaknya serba bertentangan itu demikian,  manusi dengan mengembangkan alam ia memasukin dirinya kedalam dirinya sendiri.Dan ini hanyalah dimungkinkan apabila ia sudah sadar bahwa dirinya berada di luar alam.
Justru karena manusia itu tidak secara otomatis meyatukan diri dengan alam tetapi melalui sebagai sarana makalalu ia berbudaya. Dengan demikian manusia menjadi mampu untuk membuat ketegangan dengan alam dan dari ketegangan itu meletupkan api budaya.Dalam pengalaman sejarah umaat manusia di kenal pula gejala – gejala kelelahan budaya. Manusia mendampakan kehidupan bangsa primitif yang dengan penuh ritus, adat, hiasan dan mag yang serba menarik. Oranhg jemu dengan budaya, akan tetapi taak begitu rumit dan melelahkan manusia. Kdang – kadang orang mengira bahwa semakin maju budayanya semakin banyak dosa yang di buat, dan sebaliknya budaya itu semakin primitif, semakin suci. Juga dalam dunia modern sekarang bermunculan kecenderungan manusia ( misalnya kaum hippies dan kaum urakan ala Rendra) untuk melaarikan diri dari budaya dan kembalikepada alam. Sehubungan itu klages (1930) menulis. Budya merupakan bahaya bagi manusia sendiri.Budaya yang di maksud umpan teknik , peradaban, oabrik berasap, udara yang penuh debu, kota yang kotor, hutan yang makin gundul. Kediktatoran  akal dan budi yang tamak.[11]                                                  
  
F.Kesimpulan

            Manusia merupakan makhluk sosial yang berbudaya yang tak dapat hidup sendiri. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya karena msnusia di bekali akal pikiran. Dengan berpikir itulah manusia dapat berkarya dan menciptaksn sesuatu Kebudayaan menurut E.B. Taylor  adalah kompilasi dalam keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keagamaan, hukum, adat istiadat serta lain –lain kenyataan dan kebiasaan – kebiasaaan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan kebudayaan ialah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh para warga masyarakat yang bersangkutan, antara lain aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan, teknologi, selera, rasa keindahan, dan bahasa. Sedangkan perubahan didalam masyarakat yang maju biasanya terwujud melalui penemuan (discovery) dalam bentuk penciptaan baru (invention) dalam melalui proses difusi, dan proses – proses lainnya seperti proses internalisasi, sosialisasi dan evolusi yang ke3semuanya itu merupakan budaya sebagai media beajar.. Sebagai makhluk biologi manusia dipelajari dalam ilmu biologi atau anatomi, dan sebagai makhluk sosio budaya manusia dipelji dalam antropologi budaya. antropologi budaya menyelidiki selurih cara hidup manusia, bagaimana manusia dengan akal budinya dan struktur fisiknya dalam mengubah lingkungan berdasarkan pengalamannya.juga memahami dan melukiskan kebudayaan yang terdapat dlam masyarakat manusia
Maka dengan berfikirlah manusia akhirnya dapat menciptakan segala sessuatu. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya akhirnya manusia merencanakan sesuatu sebagai ajang pencapaian tujun hidup. Tentunya itu semua demi kelangsungan hidupnya.Misalnya dengan berkarya seperti menciptakan alat – alat tenun berarti seseorang tersebut mampu memberikan pengaruh yang postif kpas sekitanya yakni bisa saja orang tersebut membuka lapangan kerja untuk yang lain. Sehingga di tempat tersebut rata – rata sebagai pencipta alat tenun atau sebagai penenun.Adapun dengan berbudaya jugalah akhirnya manusia bisa mencapai tujuannya,yakni misalnya dengan berkarya alat – alat tenun atau menenun tadilah dia menjadi sukses dan memajukan daerah di sekitarnya.


[1]. Rohiman Notowidagdo, Ilmu budaya dasar berdasarkan Al – Qur’an dan hadist, (Jakarta: PT  Raja Grafindo persada),  hlm. 41 – 44

[2] Agus, sochari, Pengantar metodologi penelitian budaya rupa ( desain, seni rupa, arsitektur, dan karya) (Jakarta ; Erlangga, 2005), hlm 83
[3] Koentjaraningrat, Pengantar antropologi, (Jakarta : Rineka cipta, 1996), hlm. 142
[4] Rohiman Notowidagdo, Op.cit .hlm. 24-26
[5] Koentjaranungrat op cit. hlm 143
[6] Ibid. hlm 144 - 146
[7] Agus, Sohari, Op.cit, hlm.85
[8] Koentjaranigrat, Op-Cit, hlm 147-148
[9] Ibid, hlm 149
[10] Abu ahmadi, Ilmu sosial dasar, (jakarta : Rineka cipta 2003), hlm 52
[11]  Djoko, Widagdho, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hlm 34

2 komentar:

  1. wah bermanfaat sekali. terimakasih atas keterbukaan-nya menshare :)

    BalasHapus
  2. Artikelnya sangat bermanfaaat dan sangat membantu saya dalam mengerjakan tugas :)

    BalasHapus