Selasa, 17 April 2012

Sejarah dan Pola Arsitektur Bangunan KA Serang


BAB  1 Pendahuluan

a.      Latar belakang masalah
Stasiun kereta api serang merupakan bangunan yang terletak di Cimuncang, kelurahan Serang, Kota Serang  Ibu kota Provinsi Banten. Stasiun ini terletak pada ketinggian kurang lebih 25,66 meter dan merupakan stasiun kereta api terbesar di kota Serang hal ini tentunya bila dibandingkan dengan stasiun kereta api lainnya yaitu stasiun kereta api Karangantu dan di daerah dekat Pacinan. Stasiun kereta api serang ini mulai di buka pada tanggal 20 desember 1900 sampai sekarang tentunya dengan arsitektur bangunan yang masih asli selain lantai dan cat dinding.
Pemerintah provinsi Banten sendiri  telah menjadikan bangunan Stasiun ini sebagai Benda Cagar Budaya. Oleh karena itulah bangunan Stasiun ini perlu dilestarikan. Dengan dijadikannya sebagai  Benda Cagar  Budaya (BCB) tentunya akan dapat diketahui bagaimana sejarah dan pola arsitektur bangunan itu sendiri. Maka setelah dilakukan penelitian terhadap bangunan stasiun kereta api serang ini tentunya kita juga akan mengetahui  beberapa perbedaan mengenai pola arsitektur bangunan itu sendiri dan yang lebih penting lagi yaitu mengenai sejarahnya. Mengingat bahwa  menjelang abad ke 16 sungai sudah merupakan sarana transportasi utama di Banten. Sarana transportasi ini pun mulai berkembang  sejalan dengan perkembangan kota Banten, yaitu dengan dibuatnya kanal – kanal. Perkembangan ini mencapai puncaknya padaabad ke 18. Dengan di bangunnya jalan raya oleh Daendels yang menghubungkan Kramatwatu – Banten – Serang, sebagai jalan sekunder jalan pos Anyer- Panarukan, fungsi sebagai sarana dan transportasi utama mulai diambil oleh jalan raya. Namun pada awal abad ke -20 fungsi sungai sebagai alat transportasi mulai menurun, sementara jalan raya kurang baik kondisinya. Sehingga masyarakat pun akhirnya lebih memilih jalur kereta api sebagai sarana transportasi. Maka beranjak dari hal tersebutlah penulis melakukan penelitian terhadap Stasiun Kereta api Serang yang merupakan Benda Cagar Budaya.
b.      Fokus masalah
Pada penelitian ini penulis lebih memfokuskan penelitiannya  terhadap dua titik permasalahan yakni  dari sejarah bangunan itu sendiri dan pola arsitekturnya.

c.       Tujuan penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian terhadap Stasiun kereta api Serang ini yaitu untuk
1.      Membekali mahasiswa dengan pengalaman lapangan dalam penelitian arkeologi
2.      Membekali mahasiswa dengan kemampuan profesional di bidang arkeologi, sehingga mampu mensinergikan teori dan  praktek dalam penelitian arkeologi

d.      Studi  Pustaka
Penelitian yang dilakukan di Stasiun Kereta api Serang ini pada umumnya bukan hanya dilakukan oleh penulis (mahasiswa IAIN SMH Banten) melainkan juga dilakukan oleh pihak lain. Karena menurut hasil wawancara dengan bapak Didin wahyudin selaku kepala stasiun kereta api Serang, beliau menyatakan bahwa  banyak juga dari pihak lain yang sering melakukan penelitian di stasiun ini. Namun tidak di jelaskan dari mana saja pihak lain tersebut yang melakukan penelitian. Adapun sumber – sumber  yang dijadikan sebagai referensi  pada penelitian ini yaitu
a.       Dinas kebudayaan dan pariwisata Banten Bangunan kuno di Banten, seri mengenal Banten 3 Dinas kebudayaan dan pariwisata provinsi Banten, Banten 2008
b.      Dinas kebudayaan dan pariwisata provinsi Banten, Dokumentasi  Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten , Banten 2008
c.       Lukman hakim, Banten dalam perjalanan jurnalistik Banten Heritage – Banten – Pandeglang 2006
d.      Dewan redaksi , metode penelitian Arkeologi, pusat penelitian dan pengembangan Arkeologi Nasional  Badan pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Departemen Kebudayan dan Pariwisata, Jakarta  2008.

e.       Metodologi penelitian

Adapun metodologi  yang digunakan pada penyusunan hasil penelitian ini yaitu melalui metode arkeologis dengan pendekatan analisis spesifik yaitu analisis terhadap satuan – satuan benda arkeologis secara individual. Dengan analisis spesifik dimaksudkan mengurangi atau memecah – macah suatu satuan benda arkeologis berdasarkan atributnya. Adapun pengertian atribut yaitu satuan terkecil dari tinggalan arkeologi yang dapat diamati, yang pada umumnya terdiri dari tiga macam yaitu
1.      Atribut bentuk dan ukuran dari temuan benda arkeologi secara keseluruhan atau bagian – bagiannya. Misalnya bentuk denah dan ukuran sebuah piring, bentuk denah dan ukuran bangunan.
2.      Atribut arkeologis seperti cara membentuk wadah dengan teknik roda putar, cara menghias tembikar dengan teknik tatap landas dan teknik mengaitkan batu – batu candi
3.      Atribut gaya seperti warna, tekstur, dan ragam hias[1]
f.       Sistematika Penulisan
BAB 1 Pendahuluan
a.       Latarbelakang masalah
b.      Fokus masalah
c.       Tujuan penelitian
d.      Studi pustaka
e.       Metodologi penelitian
f.       Sistematika penulisan
BAB II Pembahasan
a.       Sejarah berdirinya Stasuin Kereta api Serang
b.      Pola arsitektur bangunan Stasiun Kereta api Serang
  BAB III Analisis
  Bab IV Penutup
a.       Kesimpulan
b.      Saran
  Daftar pustaka
 Lampiran

BAB II  Pembahasan
           
a.      Sejarah berdirinya stasiun kereta api Serang
Menjelang abad ke – 16 sungai sudah merupakan sarana transportasi utama di Banten. Pada waktu itu sungai merupakan jalur penghubung antara Banten Girang dengan Banten. Sarana transportasi ini kemudian berkembang sejalan dengan perkembangan kota Banten, yaitu dengan di buatnya kanal –kanal. Perkembangan ini pun mencapai puncaknya pada abad ke – 18.
Pembangunan jalan raya pun dilakukan atas perintah Daendels yang menghubungkan antara Kramatwatu -Banten -Serang , yang kemudian dijadikan sebagai jalan sekunder untuk jalan pos Anyer – panarukan. Disini kita bisa melihat bahwa fungsi sungai sebagai sarana transportasi telah diambil alih oleh jalan raya. Namun pada abad berikutnya yakni sekitar awal abad ke -20, transportasi melalui sungai sudah tidak berfungsi  lagi. Kondisi jalan raya pun sudah tidak layak lagi untuk digunakan sehingga akhirnya banyak masyarakat yang lebih memilih atau menyukai jalur kereta api daripada jalan raya  sebagai sarana transportasi. Hal ini pun mengingat sarana transportasi kereta api ini lebih bernilai ekonomis.
Menurut peta serrurier maka pada tanggal 20 desember  tahun 1900 jalur perkeretaan ini pun mulai dibuka (satu jalur), jalur  kereta api ini dapat menghubungkan antara Jakarta dengan Merak, dimulai dari Rangkasbitung, Serang, dan Cilegon. Pemerintah provinsi Banten pun telah menjadikan bangunan stasiun kereta api Serang ini menjadi Benda Cagar Budaya.
Adapun jalur peta kereta api  ini yaitu dari jalan Serang – Anyer kidul sepanjang 27 kilometer.[2] Pembangunan jalur kereta api ini di maksudkan Belanda untuk meningkatkan ekspor hasil bumi dari daerah Banten yang dikenal sebagai gudang rempah – rempah. Seperti pisang, kelapa, pinang, kapuk, sirih, rotan, karet, emping dan merica.Perkembangan perkeretaapian di Bnaten yang semakin maju memungkinkan dibukanya hubungan lintas jawa – Sumatera antara Merak panjang.[3]
Pada umumnya  sarana transportasi  melaui jalan kereta api ini memiliki peranan yang amat penting yaitu selain sebagai alat transportasi tetapi juga menyimpan sejarah yang begitu penting yakni ketika  bangsa Indonesia di duduki oleh Jepang. Semasa pendudukan Jepang sebagai contoh seperti  jalan rel di daerah untuk di pasang di Burma. Tidak hanya rel dan sebagian sarana, tetapi juga sejumlah pegawai kereta api dipindahkan ke Burma, yang kemudian dikenal dengan sebutan Romusya.
Belanda telah menjajahbangsa Indonesia selama  350 tahun.pada bulan maret 1942, Jepang pun berhasil menduduki pulau Jawa. Selanjutnya dalam tempo yang relatif singkat. Kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia di ambil oleh Jepang. Meskipun derita rakyat semasa pendudukan Jepang tak kalah dibandingkan ketika dijajah Belanda , namun meskipun demikian banyak hikmah yang dapat di petik oleh jajaran perkeretaan api waktu itu. Selain bangsa Indonesia mendapat kesempatan untuk mengukuti pendidikan manajemen dan latihan militer, khusus di lingkungan perkeretaapian juga mendapat kesempatan untuk  menduduki  jabatan eksekutif pada perusahaan kereta api di Indonesia. Pada tanggal  7 september 1944 akhirnya kaisar Jepang pun mengumumkan janji kemerdekaan bagi  rakyat dan bangsa Indonesia. Akhirnya berkat rahmat Allah SWT serta perjuangan para pahlawan yang tidak mengenal  lelah, maka terwujudlah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.meskipun dunia telah mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia yang diproklamirkan tanggal 17 agustus 1945, namun tentara sekutu Jepang  masih berupaya untuk menduduki Indonesia yang pernah dijajahnya. Pada masa proklamasi inilah kereta api memberikan andil yang cukup besar bagi perjuangan rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan. Mungkin disini kitapun dapat membayangkan bagaimana jadinya kalau waktu itu tidak ada armada kereta api. Perpindahan pemerintahan RI dari Jakarta ke Yogyakarta  pun dalam pendistribusiannya juga menggunakan kereta api. Jalan kereta api juga bias berfungsi multi ketika itu. Sebut saja pada masa agresi militer II, upaya pemutusan hubungan ke Jawa tengah di terowongan ijo, jajaran tentara kereta api menyumbat terowongan tersebut dengan sejumlah rangkaian KA plus lokomotif. Sehingga upaya tentara sekutu untuk menuju pemer intahan yang baru yakni di Yogyakarta pun tidak tercapai. Jawa tengah dapat dikatakan sebagai basis perkeretaapian di Indonesia. Karena disanalah titik awal di bangunnya jaringan jalan Kereta Api (KA),disana tepat pertama kalinya kereta api di operasikan tanggal 17 juni 1868, disana dengan menggunakan kereta api rakyat Indonesia menghadapi tentara sekutu, dan disana pula pelopor upaya perebutan kekuasaan perkeretaapian dilakukan.[4]
b.      Pola arsitektur bangunan Stasiun Kereta Api Serang
Tepatnya bangunan ini terletak di jalan Kitapa no 2 Cimuncang -Serang . bangunan stasiun ini memiliki dua buah ruangan yang pertama  ruangan kontrol perjalanan kereta api dan ruangan kepala stasiun, sedangkan ruangan yang kedua merupakan loket dan administrasi.
Diantara keduanya terdapat ruang tunggu penumpang dimana beberapa bagian bangunan seperti jendela dan pintu masih berupa bentuk lama dengan ukuran besar yang merupakan peninggalan Belanda. Bangunan stasiun kereta api Serang ini menghadap ke arah barat dengan pondasi bangunan ditinggikan sekitar 60 cm dari permukaan tanah. Pada umumnya bangunan ini memanjang seperti bangunan stasiun kereta api lainnya . tepatnya di depan pintu masuk terdapat sebuah canopy yang menjorok ke luar. Adapun komponen bangunan seperti jendela dan daun pintu terbuat dari kayu yang bersusun horizontal. Sedangkan atap bangunannya ditutupi oleh seng dengan di stiap sudutnya terdapat hiasan yang brbentuk pucuk bunga. Bagian dindingnya kebanyakandilengkapi dengan ragam hias pelipit yang banyak terutama di bagian atas jendela dan atap dinding dengan bagian bawah.[5]
Melihat dari keterangan di atas kita dapat mengetahui bagaimana perbedaan bentuk bangunan sekarang dengan bentuk bangunan lama yang merupakan peninggalan masa kolonial Belanda.
Bangunan kolonial merupakan bangunan bercorak arsitektur kolonial yang di manfaatkan untuk kegiatan fungsional di zaman colonial. Adapun ciri – ciri umum bangunan pada masa kolonial yaitu bangunan tinggi, kokoh, dan beratap datar untuk gedung serta atap miring untuk perumahan biasa dan memiliki detail – detail tertentu. Adapun fasilitas yang terdapat pada stasiun kereta api Serang  yaitu pelataran parkir di muka Stasiun, tempat penjualan tiket, dan loket informasi, peron atau ruang tunggu, ruang kepala Stasiun, ruang pengatur perjalanan kereta api (PPKA), ruang Serba guna, pos keamanan, mushola, kantin, pos kesehatan, gudang dan toilet.
BAB III Analisis
Analisis merupakan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan        penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian  yang tepat dan pemahaman yang jelas[6]. Disini penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode arkeologis melalui analisis spesisifik. Dalam analisis spesifik tentunya tidak terlepas dari atribut – atributnya seperti telah dijelaskan pada bab pertama pada bagian metodologi penelitian. Adapun atributnya antara lain :


1.      Atribut bentuk dan ukuran.
 Bangunan stasiun kereta api Serang ini memiliki bentuk seperti bujur sangkar dengan pondasi bangunan yang di tinggikan sekitar 60 cm dari permukaan tanah. adapun komponen- komponen dari bangunan stasiun ini antara lain seperti
a.       pintu berjumlah sepuluh buah dengan bentuk persegi panjang berdaun ganda
b.      jendela khususnya yang terdapat di ruangan kepala stasiun berjumlah tiga buah berbentuk persegi panjang berdaun ganda dengan ukuran 316 cm x  158 cm
c.       ventilasi berbentuk persegi panjang dengan ukuran 67 cm x 125 cm
d.      atap bangunan berbentuk tumpang
e.       tiang bangunan berjumlah tujuh buah berbentuk segi empat
f.       kemuncak bangunan yang digunakan sekarang yaitu berupa keramik karena telah mengalami perenovasian.
g.      Halaman pada bangunan stasiun ini terdapat dua halaman yaitu halaman parkir dan halaman tunggu
Adapun luas  bangunan stasiun kereta api serang ini yaitu 44.373 m2 .
Luas perkantoran di luar stasiun yaitu 480. 50 m2, maka jumlah luas bangunan stasiun dan luas perkantoran di luar stasiun adalah 428. 50 m2. Sedangkan luas parkiran 1.358 m2, luas peron 610 m2 dan gudang TK  adalah 86 m2.
2.       Atribut teknologi
Bahan – bahan yang digunakan dalam pendirian bangunan masa klasik yaitu berupa batu, bata, atau campuran batu dan bata. Pada bangunan masa klasik yang terbuat dari batu dikenal dengan beberapa teknik  penyambungan batu, yaitu teknik pasak, teknik sambung langsung, dan teknik sambungan dengan pasak. Sedangkan bangunan yang terbuat dari bata seperti yang digunakan pada bangunan stasiun kereta api Serang ini yaitu umumnya menggunakan teknik rubbing (gosok).
3.      Atribut gaya
Salah satu tinggalan budaya masa lalu di suatu kota adalah bangunan. Bangunan merupakan salah satu gubahan arsitektur atau karya seni manusia yang mencerminkan gaya pada suatu masanya. Hal itu dipengaruhi oleh keadaan geografis, geologis, iklim, dan budaya. Bangunan stasiun kereta api serang ini pun tentunya merupakan bangunan  kolonial yaitu bangunan yang bercorak  arsitektur kolonial yang di manfaatkan untuk kegiatan fungsional di zaman kolonial yang memiliki ciri – ciri seperti bangunan tinggi, kokoh, dan beratap datar untuk gedung. Gaya bangunan kolonial belanda tampak mewah dan megah. Adapun arsitektur kolonial Belanda pada abad ke – 19 dikenal dengan sebagai gaya Indische Empire Style yang mengadopsi dari gaya arsitektur Prancis, Empire Style, yang disesuaikan dengan lingkungannya pada masa itu yang memiliki karakteristik seperti tembok  tebal dan langit – langit tinggi.[7]
Pada atap bangunan stasiun ini pun terdapat hiasan sudut atap berbentuk pucuk bunga. Bagian dinding kebanyakan dilengkapi dengan ragam hias plipit yang banyak terdapat pada bagian tas jendela, dibawah lisplang dan atap dinding  dengan bagian bawah.[8]






BAB. IV Penutup

a.      Kesimpulan
Bangunan satsiun kereta api serang merupakan bangunan Benda Cagar Budaya yang tentunya memilki nilai sejarah yang penting bagi bangsa indonesia khususnya masyarakat Banten. Menjelang  pada  abad ke – 16 sungai sudah menjadi sarana transportasi dengan di buatnya kanal – kanal. Selain itu juga di bangunnya jalan raya oleh Daendels yang menghubungkan kramatwatu – Banten – Serang, sebagai jalan sekunder jalan pos Anyet – Panarukan, akhirnya funsi sungai sebagai sarana transportasi pun mulai menurun dan kondisi jalan raya pun sudah tidak layak lagi untuk di gunakan. Sehingga akhirnya masyarakat pun lebih menyukai jalur keeta api.  Pembangunan jalur kereta api ini di maksudkan Belanda untuk meningkatkan ekspor hasil bumi dari daerah Banten yang dikenal sebagai gudang rempah – rempah.
Pola arsitektur bangunan Stasiun Kereta Api Serang ini memiliki dua buah ruangan yang pertama  ruangan kontrol perjalanan kereta api dan ruangan kepala stasiun, sedangkan ruangan yang kedua merupakan loket dan administrasi. Adapun fasilitas yang terdapat pada stasiun kereta api Serang  yaitu pelataran parkir di muka Stasiun, tempat penjualan tiket, dan loket informasi, peron atau ruang tunggu, ruang kepala Stasiun, ruang pengatur perjalanan kereta api (PPKA), ruang Serba guna, pos keamanan, mushola, kantin, pos kesehatan, gudang dan toilet. Bangunan stasiun kereta api Serang ini memiliki bentuk seperti bujur sangkar dengan pondasi bangunan yang di tinggikan sekitar 60 cm dari permukaan tanah. Sedangkan luas bangunan stasiun kereta api serang ini yaitu 44.373 m2 .Luas perkantoran di luar stasiun yaitu 480. 50 m2, maka jumlah luas bangunan stasiun dan luas perkantoran di luar stasiun adalah 428. 50 m2. Sedangkan luas parkiran 1.358 m2, luas peron 610 m2 dan gudang TK  adalah 86 m2..
Bangunan Stasiun ini menggunakan bahn – bahan seperti bata dengan teknik gosok. Sedangkan gaya yang di gunakan pada bangunan ini seperti . Pada atap bangunan terdapat hiasan sudut atap berbentuk pucuk bunga. Bagian dinding kebanyakan dilengkapi dengan ragam hias plipit yang banyak terdapat pada bagian tas jendela, dibawah lisplang dan atap dinding  dengan bagian bawah.

b.      Saran
Bangunan stasiun api Serang  merupakan BCB yang tentunya memiliki nilai  sejarah yang penting untuk itu sebagai bangsa yang menghargai sejaranya sudah selayaknya kita menjaga dan melestarikan bangunan tersebut. Melihat kondisi bangunannya tampaknya harus dilkukan perenovasian lagi agar lebih terasa nyaman khususnya bagi para calon penumpang. Selain itu juga perlu di adakan penambahan karyawan. Karena menurut pak Didin selaku kepala stasiun beliau sering melakukan pekerjaan yang merangkap yakni sebagai PPKA juga.



[1]Dewan redaksi. Metodologi penelitian arkeologi  Jakarta :  pusat penelitian dan pengembangan arkeologi nasional badan pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata departemen kebudayaan dan pariwisata, 2008, hal 4 – 5




[2] Dinas kebudayaan dan pariwisata provinsi Banten, Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan kepurbakalaan. Banten : .Dinas kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. 2008 hal 169 - 170
[3] Lukman hakim, Banten dalam perjalanan jurnalistik. Banten – Pandeglang : Banten Heritage. 2006 hal  96
[4] Hasil wawancara dengan Didin Wahyudin (kepala stasiun KA Serang) senin, 06 februari 2012 pukul 16. 00 WIB
[5] Dinas kebudayaan dan pariwisata Banten, Bangunan kuno Banten,seri mengenal Banten 3. Banten : dinas kebudayaan dan pariwisata provinsi Banten.2008 hal 34 - 35
[6] www. Geogle.com. rabu, 15 februari. Pukul 07.30 WIB
[7] www. Wikipedia bahasa. Com. Hari sabtu, 11 februari 2012  jam 09.00 – 10.00 WIB
[8] Dinas kebudayaan dan pariwisata. Op. cit hal 35

 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar