BAB
1 Pendahuluan
a.
Latar
belakang masalah
Stasiun
kereta api serang merupakan bangunan yang terletak di Cimuncang, kelurahan
Serang, Kota Serang Ibu kota Provinsi
Banten. Stasiun ini terletak pada ketinggian kurang lebih 25,66 meter dan merupakan
stasiun kereta api terbesar di kota Serang hal ini tentunya bila dibandingkan
dengan stasiun kereta api lainnya yaitu stasiun kereta api Karangantu dan di
daerah dekat Pacinan. Stasiun kereta api serang ini mulai di buka pada tanggal
20 desember 1900 sampai sekarang tentunya dengan arsitektur bangunan yang masih
asli selain lantai dan cat dinding.
Pemerintah
provinsi Banten sendiri telah menjadikan
bangunan Stasiun ini sebagai Benda Cagar Budaya. Oleh karena itulah bangunan
Stasiun ini perlu dilestarikan. Dengan dijadikannya sebagai Benda Cagar
Budaya (BCB) tentunya akan dapat diketahui bagaimana sejarah dan pola arsitektur bangunan itu sendiri.
Maka setelah dilakukan penelitian terhadap bangunan stasiun kereta api serang
ini tentunya kita juga akan mengetahui
beberapa perbedaan mengenai pola arsitektur bangunan itu sendiri dan
yang lebih penting lagi yaitu mengenai sejarahnya. Mengingat bahwa menjelang abad ke 16 sungai sudah merupakan
sarana transportasi utama di Banten. Sarana transportasi ini pun mulai
berkembang sejalan dengan perkembangan
kota Banten, yaitu dengan dibuatnya kanal – kanal. Perkembangan ini mencapai
puncaknya padaabad ke 18. Dengan di bangunnya jalan raya oleh Daendels yang
menghubungkan Kramatwatu – Banten – Serang, sebagai jalan sekunder jalan pos
Anyer- Panarukan, fungsi sebagai sarana dan transportasi utama mulai diambil
oleh jalan raya. Namun pada awal abad ke -20 fungsi sungai sebagai alat
transportasi mulai menurun, sementara jalan raya kurang baik kondisinya.
Sehingga masyarakat pun akhirnya lebih memilih jalur kereta api sebagai sarana
transportasi. Maka
beranjak dari hal tersebutlah penulis melakukan penelitian terhadap Stasiun
Kereta api Serang yang merupakan Benda Cagar Budaya.
b.
Fokus
masalah
Pada
penelitian ini penulis lebih memfokuskan penelitiannya terhadap dua titik permasalahan yakni dari sejarah bangunan itu sendiri dan pola
arsitekturnya.
c.
Tujuan
penelitian
Adapun
tujuan dilakukannya penelitian terhadap Stasiun kereta api Serang ini yaitu
untuk
1. Membekali
mahasiswa dengan pengalaman lapangan dalam penelitian arkeologi
2. Membekali
mahasiswa dengan kemampuan profesional di bidang arkeologi, sehingga mampu
mensinergikan teori dan praktek dalam
penelitian arkeologi
d.
Studi Pustaka
Penelitian
yang dilakukan di Stasiun Kereta api Serang ini pada umumnya bukan hanya
dilakukan oleh penulis (mahasiswa IAIN SMH Banten) melainkan juga dilakukan oleh
pihak lain. Karena menurut hasil wawancara dengan bapak Didin wahyudin selaku
kepala stasiun kereta api Serang, beliau menyatakan bahwa banyak juga dari pihak lain yang sering
melakukan penelitian di stasiun ini. Namun tidak di jelaskan dari mana saja
pihak lain tersebut yang melakukan penelitian. Adapun sumber – sumber yang dijadikan sebagai referensi pada penelitian ini yaitu
a. Dinas
kebudayaan dan pariwisata Banten Bangunan kuno di Banten, seri mengenal Banten
3 Dinas kebudayaan dan pariwisata provinsi Banten, Banten 2008
b. Dinas
kebudayaan dan pariwisata provinsi Banten, Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten , Banten 2008
c. Lukman
hakim, Banten dalam perjalanan jurnalistik Banten Heritage – Banten –
Pandeglang 2006
d. Dewan
redaksi , metode penelitian Arkeologi, pusat penelitian dan pengembangan
Arkeologi Nasional Badan pengembangan
sumber daya kebudayaan dan pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Departemen Kebudayan dan Pariwisata, Jakarta
2008.
e.
Metodologi
penelitian
Adapun
metodologi yang digunakan pada
penyusunan hasil penelitian ini yaitu melalui metode arkeologis dengan
pendekatan analisis spesifik yaitu analisis terhadap satuan – satuan benda
arkeologis secara individual. Dengan analisis spesifik dimaksudkan mengurangi
atau memecah – macah suatu satuan benda arkeologis berdasarkan atributnya.
Adapun pengertian atribut yaitu satuan terkecil dari tinggalan arkeologi yang
dapat diamati, yang pada umumnya terdiri dari tiga macam yaitu
1. Atribut
bentuk dan ukuran dari temuan benda arkeologi secara keseluruhan atau bagian –
bagiannya. Misalnya bentuk denah dan ukuran sebuah piring, bentuk denah dan
ukuran bangunan.
2. Atribut
arkeologis seperti cara membentuk wadah dengan teknik roda putar, cara menghias
tembikar dengan teknik tatap landas dan teknik mengaitkan batu – batu candi
3. Atribut
gaya seperti warna, tekstur, dan ragam hias[1]
f.
Sistematika
Penulisan
BAB
1 Pendahuluan
a. Latarbelakang
masalah
b. Fokus
masalah
c. Tujuan
penelitian
d. Studi
pustaka
e. Metodologi
penelitian
f. Sistematika
penulisan
BAB
II Pembahasan
a. Sejarah
berdirinya Stasuin Kereta api Serang
b. Pola
arsitektur bangunan Stasiun Kereta api Serang
BAB III
Analisis
Bab IV Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran
Daftar pustaka
Lampiran
BAB II Pembahasan
a.
Sejarah
berdirinya stasiun kereta api Serang
Menjelang abad ke – 16 sungai sudah merupakan sarana
transportasi utama di Banten. Pada waktu itu sungai merupakan jalur penghubung
antara Banten Girang dengan Banten. Sarana transportasi ini kemudian berkembang
sejalan dengan perkembangan kota Banten, yaitu dengan di buatnya kanal –kanal.
Perkembangan ini pun mencapai puncaknya pada abad ke – 18.
Pembangunan jalan raya pun dilakukan atas perintah
Daendels yang menghubungkan antara Kramatwatu -Banten -Serang , yang kemudian
dijadikan sebagai jalan sekunder untuk jalan pos Anyer – panarukan. Disini kita
bisa melihat
bahwa fungsi sungai sebagai sarana transportasi telah diambil alih oleh jalan
raya. Namun pada abad berikutnya yakni sekitar awal abad ke -20, transportasi
melalui sungai sudah tidak berfungsi
lagi. Kondisi jalan raya pun sudah tidak layak lagi untuk digunakan
sehingga akhirnya banyak masyarakat yang lebih memilih atau menyukai jalur
kereta api daripada jalan raya sebagai
sarana transportasi. Hal ini pun mengingat sarana transportasi kereta api ini
lebih bernilai ekonomis.
Menurut peta serrurier maka pada tanggal 20 desember
tahun 1900 jalur perkeretaan ini pun
mulai dibuka (satu jalur), jalur kereta api ini dapat menghubungkan antara
Jakarta dengan Merak, dimulai dari Rangkasbitung, Serang, dan Cilegon.
Pemerintah provinsi Banten pun telah menjadikan bangunan stasiun kereta api
Serang ini menjadi Benda Cagar Budaya.
Adapun jalur peta kereta api ini yaitu dari jalan Serang – Anyer kidul
sepanjang 27 kilometer.[2] Pembangunan jalur kereta api ini di maksudkan Belanda
untuk meningkatkan ekspor hasil bumi dari daerah Banten yang dikenal sebagai
gudang rempah – rempah. Seperti pisang, kelapa, pinang, kapuk, sirih, rotan,
karet, emping dan merica.Perkembangan perkeretaapian di Bnaten yang semakin
maju memungkinkan dibukanya hubungan lintas jawa – Sumatera antara Merak
panjang.[3]
Pada umumnya sarana
transportasi melaui jalan kereta api ini
memiliki peranan yang amat penting yaitu selain sebagai alat transportasi
tetapi juga menyimpan sejarah yang begitu penting yakni ketika bangsa Indonesia di duduki oleh Jepang.
Semasa pendudukan Jepang sebagai contoh seperti jalan rel di daerah untuk di pasang di Burma.
Tidak hanya rel dan sebagian sarana, tetapi juga sejumlah pegawai kereta api
dipindahkan ke Burma, yang kemudian dikenal dengan sebutan Romusya.
Belanda
telah menjajahbangsa Indonesia selama
350 tahun.pada bulan maret 1942, Jepang pun berhasil menduduki pulau
Jawa. Selanjutnya dalam tempo yang relatif singkat. Kekuasaan Hindia Belanda di
Indonesia di ambil oleh Jepang. Meskipun derita rakyat semasa pendudukan Jepang
tak kalah dibandingkan ketika dijajah Belanda , namun meskipun demikian banyak
hikmah yang dapat di petik oleh jajaran perkeretaan api waktu itu. Selain
bangsa Indonesia mendapat kesempatan untuk mengukuti pendidikan manajemen dan
latihan militer, khusus di lingkungan perkeretaapian juga mendapat kesempatan
untuk menduduki jabatan eksekutif pada perusahaan kereta api
di Indonesia. Pada tanggal 7 september
1944 akhirnya kaisar Jepang pun mengumumkan janji kemerdekaan bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Akhirnya berkat
rahmat Allah SWT serta perjuangan para pahlawan yang tidak mengenal lelah, maka terwujudlah proklamasi kemerdekaan
17 Agustus 1945.meskipun dunia telah mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia yang
diproklamirkan tanggal 17 agustus 1945, namun tentara sekutu Jepang masih berupaya untuk menduduki Indonesia yang
pernah dijajahnya. Pada masa proklamasi inilah kereta api memberikan andil yang
cukup besar bagi perjuangan rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan.
Mungkin disini kitapun dapat membayangkan bagaimana jadinya kalau waktu itu
tidak ada armada kereta api. Perpindahan pemerintahan RI dari Jakarta ke
Yogyakarta pun dalam pendistribusiannya
juga menggunakan kereta api. Jalan kereta api juga bias berfungsi multi ketika
itu. Sebut saja pada masa agresi militer II, upaya pemutusan hubungan ke Jawa
tengah di terowongan ijo, jajaran tentara kereta api menyumbat terowongan
tersebut dengan sejumlah rangkaian KA plus lokomotif. Sehingga upaya tentara
sekutu untuk menuju pemer intahan yang baru yakni di Yogyakarta pun tidak
tercapai. Jawa tengah dapat dikatakan sebagai basis perkeretaapian di
Indonesia. Karena disanalah titik awal di bangunnya jaringan jalan Kereta Api
(KA),disana tepat pertama kalinya kereta api di operasikan tanggal 17 juni
1868, disana dengan menggunakan kereta api rakyat Indonesia menghadapi tentara
sekutu, dan disana pula pelopor upaya perebutan kekuasaan perkeretaapian
dilakukan.[4]
b.
Pola
arsitektur bangunan Stasiun Kereta Api Serang
Tepatnya
bangunan ini terletak di jalan Kitapa no 2 Cimuncang -Serang . bangunan stasiun
ini memiliki dua buah ruangan yang pertama
ruangan kontrol perjalanan kereta api dan ruangan kepala stasiun,
sedangkan ruangan yang kedua merupakan loket dan administrasi.
Diantara
keduanya terdapat ruang tunggu penumpang dimana beberapa bagian bangunan
seperti jendela dan pintu masih berupa bentuk lama dengan ukuran besar yang
merupakan peninggalan Belanda. Bangunan stasiun kereta api Serang ini menghadap
ke arah barat dengan pondasi bangunan ditinggikan sekitar 60 cm dari permukaan
tanah. Pada umumnya bangunan ini memanjang seperti bangunan stasiun kereta api
lainnya . tepatnya di depan pintu masuk terdapat sebuah canopy yang menjorok ke
luar. Adapun komponen bangunan seperti jendela dan daun pintu terbuat dari kayu
yang bersusun horizontal. Sedangkan atap bangunannya ditutupi oleh seng dengan
di stiap sudutnya terdapat hiasan yang brbentuk pucuk bunga. Bagian dindingnya
kebanyakandilengkapi dengan ragam hias pelipit yang banyak terutama di bagian
atas jendela dan atap dinding dengan bagian bawah.[5]
Melihat
dari keterangan di atas kita dapat mengetahui bagaimana perbedaan bentuk
bangunan sekarang dengan bentuk bangunan lama yang merupakan peninggalan masa
kolonial Belanda.
Bangunan
kolonial merupakan bangunan bercorak arsitektur kolonial yang di manfaatkan untuk
kegiatan fungsional di zaman colonial. Adapun ciri – ciri umum bangunan pada
masa kolonial yaitu bangunan tinggi, kokoh, dan beratap datar untuk gedung
serta atap miring untuk perumahan biasa dan memiliki detail – detail tertentu. Adapun fasilitas yang terdapat pada stasiun kereta api
Serang yaitu pelataran parkir di muka
Stasiun, tempat penjualan tiket, dan loket informasi, peron atau ruang tunggu,
ruang kepala Stasiun, ruang pengatur perjalanan kereta api (PPKA), ruang Serba
guna, pos keamanan, mushola, kantin, pos kesehatan, gudang dan toilet.
BAB III Analisis
Analisis
merupakan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta
hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman yang jelas[6].
Disini penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode arkeologis
melalui analisis spesisifik. Dalam analisis spesifik tentunya tidak terlepas
dari atribut – atributnya seperti telah dijelaskan pada bab pertama pada bagian
metodologi penelitian. Adapun atributnya antara lain :
1. Atribut bentuk dan ukuran.
Bangunan stasiun kereta api Serang ini
memiliki bentuk seperti bujur sangkar dengan pondasi bangunan yang di tinggikan
sekitar 60 cm dari permukaan tanah. adapun komponen- komponen dari bangunan
stasiun ini antara lain seperti
a. pintu
berjumlah sepuluh buah dengan bentuk persegi panjang berdaun ganda
b. jendela
khususnya yang terdapat di ruangan kepala stasiun berjumlah tiga buah berbentuk
persegi panjang berdaun ganda dengan ukuran 316 cm x 158 cm
c. ventilasi
berbentuk persegi panjang dengan ukuran 67 cm x 125 cm
d. atap
bangunan berbentuk tumpang
e. tiang
bangunan berjumlah tujuh buah berbentuk segi empat
f. kemuncak
bangunan yang digunakan sekarang yaitu berupa keramik karena telah mengalami
perenovasian.
g. Halaman
pada bangunan stasiun ini terdapat dua halaman yaitu halaman parkir dan halaman
tunggu
Adapun luas bangunan stasiun kereta api serang ini yaitu
44.373 m2 .
Luas
perkantoran di luar stasiun yaitu 480. 50 m2, maka jumlah luas
bangunan stasiun dan luas perkantoran di luar stasiun adalah 428. 50 m2.
Sedangkan luas parkiran 1.358 m2, luas peron 610 m2 dan
gudang TK adalah 86 m2.
2. Atribut teknologi
Bahan – bahan yang digunakan dalam pendirian bangunan
masa klasik yaitu berupa batu, bata, atau campuran batu dan bata. Pada bangunan
masa klasik yang terbuat dari batu dikenal dengan beberapa teknik penyambungan batu, yaitu teknik pasak, teknik
sambung langsung, dan teknik sambungan dengan pasak. Sedangkan bangunan yang
terbuat dari bata seperti yang digunakan pada bangunan stasiun kereta api
Serang ini yaitu umumnya menggunakan teknik rubbing (gosok).
3. Atribut
gaya
Salah
satu tinggalan budaya masa lalu di suatu kota adalah bangunan. Bangunan
merupakan salah satu gubahan arsitektur atau karya seni manusia yang
mencerminkan gaya pada suatu masanya. Hal itu dipengaruhi oleh keadaan
geografis, geologis, iklim, dan budaya. Bangunan stasiun kereta api serang ini
pun tentunya merupakan bangunan kolonial
yaitu bangunan yang bercorak arsitektur
kolonial yang di manfaatkan untuk kegiatan fungsional di zaman kolonial yang
memiliki ciri – ciri seperti bangunan tinggi, kokoh, dan beratap datar untuk
gedung. Gaya bangunan kolonial belanda tampak mewah dan megah. Adapun
arsitektur kolonial Belanda pada abad ke – 19 dikenal dengan sebagai gaya
Indische Empire Style yang mengadopsi dari gaya arsitektur Prancis, Empire
Style, yang disesuaikan dengan lingkungannya pada masa itu yang memiliki
karakteristik seperti tembok tebal dan
langit – langit tinggi.[7]
Pada
atap bangunan stasiun ini pun terdapat hiasan sudut atap berbentuk pucuk bunga.
Bagian dinding kebanyakan dilengkapi dengan ragam hias plipit yang banyak
terdapat pada bagian tas jendela, dibawah lisplang dan atap dinding dengan bagian bawah.[8]
BAB.
IV Penutup
a. Kesimpulan
Bangunan satsiun kereta api serang merupakan bangunan
Benda Cagar Budaya yang tentunya memilki nilai sejarah yang penting bagi bangsa
indonesia khususnya masyarakat Banten. Menjelang pada
abad ke – 16 sungai sudah menjadi sarana transportasi dengan di buatnya
kanal – kanal. Selain itu juga di bangunnya jalan raya oleh Daendels yang
menghubungkan kramatwatu – Banten – Serang, sebagai jalan sekunder jalan pos
Anyet – Panarukan, akhirnya funsi sungai sebagai sarana transportasi pun mulai
menurun dan kondisi jalan raya pun sudah tidak layak lagi untuk di gunakan.
Sehingga akhirnya masyarakat pun lebih menyukai jalur keeta api. Pembangunan jalur kereta api ini di maksudkan
Belanda untuk meningkatkan ekspor hasil bumi dari daerah Banten yang dikenal
sebagai gudang rempah – rempah.
Pola
arsitektur bangunan Stasiun Kereta Api Serang ini
memiliki dua buah ruangan yang pertama
ruangan kontrol perjalanan kereta api dan ruangan kepala stasiun,
sedangkan ruangan yang kedua merupakan loket dan administrasi. Adapun fasilitas yang terdapat pada stasiun kereta api
Serang yaitu pelataran parkir di muka
Stasiun, tempat penjualan tiket, dan loket informasi, peron atau ruang tunggu,
ruang kepala Stasiun, ruang pengatur perjalanan kereta api (PPKA), ruang Serba
guna, pos keamanan, mushola, kantin, pos kesehatan, gudang dan toilet. Bangunan
stasiun kereta api Serang ini memiliki bentuk seperti bujur sangkar dengan
pondasi bangunan yang di tinggikan sekitar 60 cm dari permukaan tanah. Sedangkan luas bangunan stasiun kereta
api serang ini yaitu 44.373 m2 .Luas perkantoran di luar stasiun yaitu 480. 50 m2, maka jumlah
luas bangunan stasiun dan luas perkantoran di luar stasiun adalah 428. 50 m2.
Sedangkan luas parkiran 1.358 m2, luas peron 610 m2 dan
gudang TK adalah 86 m2..
Bangunan Stasiun ini menggunakan bahn – bahan seperti
bata dengan teknik gosok. Sedangkan gaya yang di gunakan pada bangunan ini
seperti . Pada atap bangunan terdapat hiasan sudut atap berbentuk pucuk bunga.
Bagian dinding kebanyakan dilengkapi dengan ragam hias plipit yang banyak
terdapat pada bagian tas jendela, dibawah lisplang dan atap dinding dengan bagian bawah.
b. Saran
Bangunan stasiun api Serang merupakan BCB yang tentunya memiliki
nilai sejarah yang penting untuk itu
sebagai bangsa yang menghargai sejaranya sudah selayaknya kita menjaga dan
melestarikan bangunan tersebut. Melihat kondisi bangunannya tampaknya harus
dilkukan perenovasian lagi agar lebih terasa nyaman khususnya bagi para calon
penumpang. Selain itu juga perlu di adakan penambahan karyawan. Karena menurut
pak Didin selaku kepala stasiun beliau sering melakukan pekerjaan yang
merangkap yakni sebagai PPKA juga.
[1]Dewan
redaksi. Metodologi
penelitian arkeologi Jakarta : pusat penelitian dan pengembangan arkeologi
nasional badan pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata departemen
kebudayaan dan pariwisata, 2008, hal 4 – 5
[2] Dinas kebudayaan dan pariwisata provinsi
Banten, Dokumentasi Benda Cagar Budaya
dan kepurbakalaan. Banten : .Dinas kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Banten. 2008 hal 169 - 170
[3] Lukman hakim, Banten dalam perjalanan jurnalistik. Banten – Pandeglang : Banten
Heritage. 2006 hal 96
[4]
Hasil wawancara dengan Didin Wahyudin (kepala stasiun KA Serang) senin, 06
februari 2012 pukul 16. 00 WIB
[5]
Dinas kebudayaan dan pariwisata Banten, Bangunan kuno Banten,seri
mengenal Banten 3. Banten : dinas kebudayaan dan pariwisata provinsi
Banten.2008 hal 34 - 35
[6] www.
Geogle.com. rabu, 15 februari. Pukul 07.30 WIB
[7] www. Wikipedia bahasa. Com. Hari sabtu, 11
februari 2012 jam 09.00 – 10.00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar