Pasang Surut Dinasti
Mughal
Kerajaan Mughal merupakan kerajaan termuda diantara tiga kerajaan besar
islam yakni kerajaan Utsmani, Safawi, dan Mughal. Kerajaan Mughal bukanlah
kerajaan islam yang pertama di anak benua India ini melainkan sebelumnya
kekuasaan islam telah terjadi pada masa
Khalifah Al – Walid, yakni dari dinasti Bani Umayyah di bawah pimpinan Muhammad
ibn Qasim. Fase selanjutnya yaitu dinasti Ghaznawi mengembangkan kekuasannya di
India di bawah pimpinan Sultan Mahmud dan pada tahun 1020 M, ia berhasil
menaklukan hampir semua kerajaan Hindu di wilayah ini sekaligus mengislamkan
sebagian masyarakatnya. Namun setelah dinasti Ghaznawi hancur muncullah dinasti
– dinasti kecil seperti Mamluk (1206-1290), khalji (1296-1316 M), Tuglug
(1320-1412), dan dinasti lainnya.[1]
Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebaga ibu kotanya, didirikan oleh
Zahiruddin Babur (1482-1530 M) salah satu dari cucu Timur Lenk. Ayahnya bernama
umar Mizra, penguasa Ferghana. Akhirnya Babur pun mewarisi daerah Ferghana dari
orangtuanya dan ia berambisi ingin menguasai Samarkand yang pada waktu itu
menjadi kota penting di Asia Tengah. Meskipun sempat mengalami kekalahan namun
akhirnya Samarkand dapat di taklukkan pada tahun 1494 M berkat bantuan dari
raja Safawi yakni Ismail I. Selanjutnya pada tahun 1504 M, ia menduduki Kabul,
ibu kota Afghanistan. Kemudian ia meneruskan ekspansinya ke India. pada waktu
itu Ibrahim Lodi penguasa India sedang dilanda krisis, sehingga stabilitas pemerintahan
menjadi kacau.[2] Kondisi kekuasaan islam di
India mengalami kemunduran tentunya hal tersebut telah menunjukan hal yang
rumit yakni bangkitnya pikiran lama yang percaya bahwa setiap kerajaan yang
merdeka adalah khalifah di tengah – tengah lingkungannya sendiri.[3]
Akhirnya paman Ibrahim Lodi sendiri yaitu Alam Khan bersama Daulat Khan dan
Gubernur Lahore mengirim utusan ke Kabul, meminta bantuan kepada Babur untuk
menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di Delhi. Permintaan itu pun langsung
dikabulkan oleh Babur. Pada tahun 1525 M, Babur berhasil menguasai Punjab
dengan ibu kotanya Lahore. Kemudian ia memerintah pasukannya untuk menuju Delhi
dan pada tanggal 21 April 1526 M, terjadilah pertempuran yang dahsyat di
Panipat. Ibrahim Lodi tewas, Babur pun menjadi pemenang dan menegakkan
pemerintahannya disana, maka berdirilah kerajaan Mughal di India. Setelah berdirinya
kerajaan Mughal raja - raja Hindu diseluruh India menyusun angkatan perang
untuk menyerang Babur namun upayanya tidak berhasil. Pada tahun 1530 Babur
meninggal dunia dalam usia 48 tahun. Pemerintahan pun digantikan oleh anaknya
Humayun (1530 - 1539). Ia banyak menghadapi tantangan dia ntaranya pemberontakan
Bahadur Syah penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari Delhi. Pada peperangan
ini Humayun pun kalah dan melarikan diri ke Kandahar lalu ke Persia namun 15
tahun kemudian ia kembali ke India dan menduduki tahta kerajaan (1555 – 1556
M). Ia pun wafat dan di gantikan oleh anaknya Akbar yang baru berumur 14 tahun
urusan kerajaan pun diserahkan kepada Bairam Khan, seorang syi’i. Pada masa itu
terdapat pemberontakan yang dipimpin oleh Himu yang memasuki kota Delhi. Bairam
khan pun menyambut peperangan sehingga terjadilah perang Panipat II.[4]
Pada masa pemerintahan Akbar Dinasti Mughal tidak dijalankan dengan
kekerasan ia banyak menyatu dengan rakyat bahkan rakyat dari berbagai agama
tidak dipandangnya sebagai orang lain dan dirimya pun dibuatnya menjadi
Hindustan sejati. Sistem pemerintahan yang digunakannya yaitu sistem
militeristik yakni sultan adalah penguasa diktator. [5]
Sehingga sistem tersebut pun membawa kemajuan di bidang lainnya seperti
ekonomi, budaya dan seni. Setelah itu Akbar wafat pada tahun 1605 M.
Pemerintahan digantikan oleh puteranya yaitu Jahangir namun ia tak sehebat ayahnya.
Pemimpin selanjutnya yaitu syekh Jehan
pada masa inilah Dinasti Mughal benar – benar mencapai keemasan. Pada periode
ini dikembangkan kembali penaklukan wilayah sampai melampaui batas India
seperti Kandahar. Sistem perdagangan pun dikembangkan seperti ekspor – impor
dari industri keramik dan tekstil. Selanjutnya yaitu pemerintahan pada masa
Aurangzeb, ia lebih hebat dari Akbar karena dapat menaklukkan 21 daerah . hal
tersebut karena ia ingin menyatukan kawasan wilayah islam di India dan menerapakan
nilai – nilai syariat islam yang berdasarkan Al- qur’an dan sunah. Namun di
pihak lain ia sangat di benci terutama oleh orang Hindu. Sepeninggal Aurangzeb
tahun 1707 pemerintahan pun di gantikan oleh generasi – generasi yang lemah sampai
tahun 1858 M, sultan – sultan Mughal tidak mampu lagi mengendalikan wilayah
yang cukup luas, juga terjadi konflik perebutan kekuasaan seperti Bahadur Syah (1707
- 1712). Ketika keadaan dinasti Mughal melemah pada tahun itu juga perusahaan
Inggris (EIC) yang semakin kuat melawan pemerintah dinasti Mughal. Peperangan
pun terjadi berlarut – larut dan banyak menimbulkan kerugian, pemberontakan
terjadi di berbagai wilayah.akhirnya terjadilah krisis kepemimpinan dan dinasti
Mughal pun hancur.
Setelah hancurnya gerakan mujahidin
dan kerajaan Mughal, muncullah Sayyid Akmad Khan untuk memimpin India, yang
telah mundur untuk jaya kembali. Gerakan pembaharuan yang dilakukan adalah
kelanjutan dari gerakan Syah Waliyullah. Untuk mewujudkan cita – cita gerakan
pembaharuannya ia mengadakan kerjasama dengan inggris walaupun ia mendapat
tantangan dari ulama lain. Menurut pemikirannya untuk meningkatkan kedudukan
umat islam di India hanya dapat diwujudkan melalui kerja sama dengan Inggris.
Selain Sayyid Akhmad Khan (1817 -1898) juga muncul tokoh pembaharuan islam
lainnya seperti Sayyid Amir Ali (1849-1928), Muhammad Iqbal (1876-1938) dan
Muhamad Ali Jinnah (1876 - 1948)[6]
[1]
Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam,
(Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada, 2008) hlm. 145 -
147
[2]
Badri yatim, ibid. hlm. 147
[3]
Ajid Tohir, Perkembangan Peradaban di
Kawasan Dunia Islam, (Jakarta : PT.Raja Grapindo, 2004), hlm. 202
[4]
Badri yatim, op.cit hlm. 147 - 149
[6]
Fadil, Pasang Surut Peradaban Islam dalam
Lintasan Sejarah, (UIN : Malang Press, 2008), hlm 267
Tidak ada komentar:
Posting Komentar